Tulungagung—Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung) kembali mengukuhkan guru besarnya. Kali ini adalah Prof. Dr Sulistyorini, M.Ag., yang dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu Manajemen Pendidikan Islam, pada Rabu (18/10/2023) di Aula Lantai 6 Gedung KH Arief Mustaqiem.
Pengukuhan dilakukan oleh Rektor UIN SATU Tulungagung, Prof. Maftukhin, dan dihadiri oleh sejumlah tamu penting, termasuk Rektor, wakil Rektor, sekretaris senat, serta para pejabat lainnya.
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars UIN SATU Tulungagung, dilanjutkan dengan pembukaan oleh pimpinan sidang, Prof. H. Imam Fuadi. Setelah itu, ayat-ayat suci Al-Qur’an dibacakan oleh Jauharotul ‘Abidatil Kholisoh, mahasiswa UIN SATU, dan diikuti dengan doa yang dipimpin oleh Bapak Kyai Asmawi.
Usai pembacaan do’a, acara dilanjutkan dengan pembacaan SK Guru Besar oleh Sekretaris Senat UIN SATU Tulungagung, Dr. H Ahmad Muhtadi Ansor, M.Ag., dan pemutaran film dokumenter berjudul “Mendekap Cinta Menggapai Cita” yang mengisahkan perjalanan hidup Prof. Sulistyorini, hingga mencapai posisi sebagai guru besar.
Dalam pidato pengukuhan tersebut, Prof. Sulis mengemukakan tentang penelitiannya perihal “Inovasi Nilai: Batu Pijak Menuju Blue Ocean Strategy (BOS) Perguruan Tinggi Islam” yang merupakan hasil riset tahun 2022, dengan biaya BUPTN di tiga lokasi, yaitu UIN SATU, UIN Malang, UNISMA.
Menurutnya, terdapat tiga tantangan besar dalam pendidikan islam dalam globalisasi ini.
“Pertama, mobilitas kelembagaan yang semakin tinggi. Kedua, tuntutan masyarakat untuk mencapai kualitas unggul. Ketiga, perform dan mempunyai ciri khas tersendiri,” kata Sulis, sapaan akrabnya.
Dia menilai bahwa perguruan tinggi harus memiliki diferensiasi sendiri. Maknanya, ketika ketiga tantangan tersebut tidak bisa diikuti, maka lambat laut perguruan tinggi islam akan ditinggalkan masyarakatnya.
“Fenomena sekarang persaingan antara perguruan tinggi Islam itu sangat ketat. Di sini Kim menawarkan dengan teorinya yaitu Blue Ocean Strategi (BOS) atau samudra biru yang di dalam samudra biru itu ada tiga fokus, yakni wujudnya Blue Ocean Strategi (BOS), faktor-faktor nilai inovasi dalam Blue Ocean Strategi (BOS), implementasi perguruan tinggi setelah menerapkan Blue Ocean Strategi (BOS),” terangnya.
Masih menurut Prof. Sulis, Blue Ocean Strategi (BOS) menawarkan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, sehingga memiliki pasar sendiri untuk menarik minat.
Dalam penelitiannya, dia menemukan tiga fokus Blue Ocean Strategi (BOS) di dalam ketiga perguruan tinggi tersebut. Pertama, membangun kualitas akademik dan non-akademik. Dibuktikan dengan akreditasi yang bagus.
“Kedua, diferensiasi BOS yang saya temukan di PTI, yakni UIN SATU dengan madinnya, UIN Malang dengan ma’hadnya, UNISMA dengan kajian-kajian di masjid selama setahun untuk Mahasiswa baru,” lanjutnya. Terakhir, ketiga kampus yang diteliti memiliki motto yang jelas dan mudah diingat.
Setelah pidato pengukuhan, acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi pengukuhan yang ditandai dengan pengalungan shamir guru besar yang dilakukan secara langsung oleh Rektor UIN SATU Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. dan dilanjutkan dengan penyerahan SK Guru Besar.
Rektor UIN SATU Tulungagung seusai prosesi pengukuhan dalam sambutannya menilai bahwa inovasi tidak selamanya mengenai sesuatu yang lama atau baru, tetapi berangkat dari yang ada lalu menginovasi melalui pembaruan, perbaikan, reparasi.
“Inovasi itu bukan lama atau baru, UIN SATU itu berdiri sejak 1968, karena itu yang disebut menginovasi itu bukan berarti berangkat dari ketiadaan, tapi berangkat dari yang sudah ada itu kita lakukan pembaruan, perbaikan, reparasi, atau bila perlu kita lakukan pergantian kita pugar. Tergantung bagaimana masalahnya,” jelas Prof. Maftukhin.
Dia juga mengingatkan bahwa inovasi kampus tidak hanya sekedar kepada manusianya, lembaga, atau infrastruktur, tetapi juga pada sistem.
“Kampus ini yang diinovasi bukan hanya sekedar manusianya, lembaganya, infrastruktur tapi juga sistem, kita sedang menggunakan sebuah sistem yang disebut smartcampus yang diperguruan tinggi lain belum ada. Bahkan sekelas UNHAD, sangat kuat IT itu belum berhasil membuat smartcampus, Alhamdulillah UIN satu sudah berhasil meski belum sempurna,”
Sebelum menutup sambutannya, Rektor juga menyampaikan bahwa UIN SATU akan segera membangun gedung Start up, yang digunakan untuk memfasilitasi ruang bisnis bagi mahasiswa.
“Kita ingin menciptakan Star up-star up muda di kampus. Kenapa begitu? Karena sekarang orientasi mahasiswa tidak hanya sekedar mencari akademik tetapi juga ingin berbisnis. Itulah salah satu inovasi di dalam sebuah perguruan tinggi, jadi inovasi tidak hanya inovasi akademik tetapi juga karakter,” tutur Prof. Maftukhin.
Dia berharap UIN SATU dapat terus berinovasi, berkreasi dan seluruhnya, termasuk dalam infrastruktur. Rapat Senat Terbuka dalam rangka Pengukuhan Guru Besar dalam bidang ilmu Manajemen Pendidikan Islam ini selengkapnya bisa disaksikan di Youtube SATU Televisi.