Malang—Upaya menjaga ekosistem pesisir kembali mendapat suntikan energi baru. Sebanyak 35 mahasiswa Tadris Biologi Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung terjun langsung ke Pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang, untuk mengikuti praktik rehabilitasi terumbu karang.
Kegiatan itu merupakan bagian dari penguatan peminatan konservasi kelautan yang baru dibuka di kampus tersebut. Bekerja sama dengan komunitas lingkungan Sahabat Alam Indonesia, para mahasiswa diajak memahami dari dekat kompleksitas persoalan laut – mulai dari kerusakan akibat alat tangkap destruktif seperti bom dan potasium, perusakan karang untuk hobi akuarium, hingga ancaman ekologis seperti limbah tambak, sampah laut, dan efek pemanasan global yang menyebabkan pemutihan karang.
Namun kegiatan ini tak berhenti pada ceramah di tepi pantai. Mahasiswa dilibatkan penuh dalam proses rehabilitasi: membuat Bio Reef Ball berbahan beton, memilih bibit karang, menempelkan karang ke substrat, hingga memantau biota laut yang mulai berinteraksi dengan media tersebut.
Dosen peminatan konservasi kelautan UIN SATU, Ikbar Salim Al Asyari, menjelaskan, Kondang Merak dipilih karena kondisi ekosistem pesisirnya yang relatif terjaga dan aman untuk praktik mahasiswa.
“Ini pertama kalinya mahasiswa kami melakukan praktik lapangan khusus konservasi kelautan. Lanskap hutan pesisir dan laut di Kondang Merak masih ideal untuk pembelajaran,” kata Ikbar, Senin (17/11/2025).
Ikbar menilai generasi muda, khususnya Gen Z, harus mulai memandang laut sebagai sektor strategis masa depan — baik untuk ketahanan pangan maupun dalam menghadapi perubahan iklim.
“Kolaborasi dengan Sahabat Alam Indonesia membuka perspektif baru bagi mahasiswa tentang adaptasi perubahan iklim dan pentingnya peran mereka di masa depan,” ujarnya menambahkan.
Sementara itu, pendamping lapangan sekaligus Founder Sahabat Alam Indonesia, Andik Syaifudin, menegaskan bahwa mahasiswa bukan sekadar peserta belajar, tetapi calon agen perubahan.
“Mereka ini calon pendidik, peneliti, dan pemimpin. Tantangan konservasi kelautan ke depan memerlukan aksi nyata, bukan saling menunggu,” tegasnya.
Andik berharap, pengalaman turun langsung ini bisa menumbuhkan inisiatif mahasiswa untuk menjadi fasilitator di daerah asal masing-masing, menggerakkan kesadaran masyarakat agar ikut menjaga laut dan ekosistemnya.(*)




