Pancasila Sebagai Rumah Kita Bersama

Kontributor:

Tulungagung –“Pancasila sebagai rumah kita bersama”, begitu tajuk Dialog Publik dalam rangka menyambut peringatan hari lahir Pancasila yang digelar oleh IAIN Tulungagung Rabu Siang (24/05/2017) di Aula Utama.

Wakil Rektor Bidang Akademik IAIN Tulungagug, Imam Fuadi mewakili Rektor IAIN Tulungagung dalam sambutannya membuka acara tersebut menyampaikan bahwa, negara memang seharusnya memiliki ideologi yang menjadi pegangan hidup dalam berbangsa dan bernegara, selain juga sebagai cita-cita bersama. Dalam hal ini para pendiri bangsa akhirnya merumuskan Pancasila.

“Suku yang ada di negeri ini menurut BPS terdapat 1128 suku, sehingga wajar jika terdapat banyak bahasa dan adat istiadat di Indonesia. Bahasa ada 746 bahasa. Kondisi ini, jika tidak ada piranti pemersatu bangsa maka akan repot. Oleh karena itu Pancasila memegang peranan penting dalam mempersatukan bangsa ini”, terang Imam Fuadi.

Bertindak sebagai narasumber dalam Dialog Publik itu adalah Heri Santoso, dari Pusat Studi Pancasila Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Adapun narasumber pembanding adalah Muhammad Aziz Hakim, dosen Hukum Tata Negara IAIN Tulungagung yang juga Wakil Sekjen Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor.

Dalam pemaparannya, Heri Santoso menyampaikan, bahwa ada beberapa hal yang harus diluruskan. Pertama soal Pancasila yang sering disebut sebagai pilar, yang betul Pancasila itu adalah dasar, bukan pilar. Dan dia adalah tempat berdirinya pilar-pilar terbangunnya bangsa Indonesia ini. Artinya, setiap produk hukum yang ada di Indonesia mulai dari Undang-undang Dasar 1945 berpijak kepada Pancasila.

Hal kedua yang perlu diperjelas adalah tentang penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang menjadi awal lahirnya Pancasila, yakni kata “dengan menjalankan syari’at Islam bagi para pemeluknya”. Ada yang memahami bahwa penghapusan itu berarti pemenggalan terhadap hak umat Islam dalam terbentuknya negara ini. Dan hal tersebut seringkali dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk membuat situasi damai negeri ini menjadi keruh. Padahal sejatinya, penghapusan tujuh kata itu adalah bentuk sumbangan yang luar biasa the founding fathers dari unsur Islam dalam kerangka membangun dasar negara Indonesia. Menurut Heri Santoso, penghapusan itu tidaklah serta merta tetapi melalui proses “olah batin” dengan mekanisme sholat istikharah guna mendapatkan petunjuk dari yang maha kuasa.

Masih menurut Heri Santoso, saat ini Pancasila juga sedang menghadapi tantangan besar. Pancasila sedang diserang dengan banyak “bom”. Dan karena selama ini kesaktian Pancasila lah yang berhasil mempersatukan bangsa Indonesia, maka sepatutnya kita sebagai anak bangsa mempertahankan Pancasila dari serangan apapun.
“Tantangan Pancasila semakin besar, seiring munculnya proxy war. Tantangan tersebut bisa berupa mewabahnya narkoba, gerakan sparatis, maupun bentuk-bentuk lain yang ingin merusak generasi dan juga memecah belah bangsa ini”, terang Heri.

Sementara itu, melihat dari sudut pandang yang lain, M Aziz Hakim menyampaikan, semakin kurangnya kesadaran dan pemahaman akan Pancasila saat ini tidak lepas dari sejarah munculnya reformasi. Ketika isu reformasi mulai menyeruak, yang paling nampak dalam targetnya hanya menggulingkan Soeharto, sehingga pada ranah platform dan ideologi tidak terperhatikan.

“TAP MPR II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila  dicabut, karena dianggap sebagai “biang kerok” krisis multidimensi, sementara dengan lepasnya rakyat dari kungkungan orde baru ternyata membawa pada situasi kebebasan yang seolah tidak terbatas”, kata Aziz Hakim.

Implikasinya, nilai-nilai Pancasila semakin terkikis dari hati masyarakat. Gotong royong yang dulu menjadi bagian dari masyarakat semakin tergantikan oleh pola fikir individualistis.

Menurut Aziz Hakim, ini sebuah fakta yang miris dalam kehidupan bangsa ini, ditambah lagi semakin banyak munculnya ideologi transnasional yang berpotensi mengganggu stabilitas serta persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, sangat penting untuk tetap dipertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa ini. Jika sampai Pancasila musnah, maka Indonesia pun tinggal sejarah. (humas)

Skip to content