DEMA-I IAIN Tulungagung Gelar Seminar Moderasi Agama

Kontributor:

Tulungagung – Munculnya gerakan-gerakan radikal terutama yang mengatasnamakan agama mengundang keprihatinan Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Tulungagung (DEMA IAIN Tulungagung). Untuk itu, Senin Pagi (12/02/2018) mereka menggelar Seminar Moderasi Agama untuk Pengurus OSIS dan ROHIS SMA dan MA se-Kabupaten Tulungagung. Harapannya supaya para pelajar tidak terpengaruh dan ikut-ikutan gerakan-gerakan tersebut.

Mewakili Rektor IAIN Tulungagung, Wakil Rektor III, Abad Badruzzaman dalam sambutannya sebelum acara menyampaikan, bahwa pihaknya mengapresiasi positif kegiatan tersebut. Dia menyebutkan, bahwa gerakan-gerakan radikal yang ada kini semakin mengancam keutuhan NKRI yang sudah menjadi kesepakatan final para pendiri bangsa Indonesia.

“Ini ancaman yang serius dan perlu bersama-sama kita sikapi. Karena mereka yang tidak sepakat dengan NKRI dan Pancasila sebetulnya adalah orang-orang yang tidak mengerti akan sejarah bangsa ini sekaligus menjadi ancaman terhadap keutuhan bangsa ini,” kata Wakil Rektor III.

Arumi Bachsin, salah satu mahasiswa IAIN Tulungagung yang menjadi pembicara dalam seminar tersebut, mengajak para siswa SMA dan MA yang hadir untuk juga ikut peduli dalam rangka melawan gerakan-gerakan radikal. Salah satunya adalah dengan lebih peka terhadap fenomena di lingkungan sekitar, terutama dalam hal sosial dan keagamaan.

“Mari kita lebih peduli dengan lingkungan sekitar, terutama kepada kawan-kawan kita yang masih tergolong keluarga pra sejahtera. Karena cukup mudah bagi gerakan-gerakan radikal untuk mempengaruhi mereka supaya ikut serta gerakan-gerakan tersebut,” kata Arumi.

Dalam pandangan Arumi, kepedulian sosial antar sesama bisa menjadi salah satu cara untuk membentengi masyarakat dari pengaruh gerakan-gerakan radikal. Karena pada dasarnya kesenjangan sosial yang terlalu lebar bisa menjadi sumber konflik yang dimanfaatkan oleh gerakan-gerakan radikal. Dan itu sudah terbukti dengan beberapa kasus yang diungkap oleh pihak berwajib, ternyata beberapa pelakunya berasal dari kalangan keluarga pra sejahtera.

Sebagai Narasumber kedua, Gus David Fuadi dari Aswaja NU Center Kediri menyampaikan, gerakan-gerakan radikal yang muncul di Indonesia banyak dilakukan oleh mereka yang mempelajari agama secara dangkal. Dan karena pemahaman yang dangkal tersebutlah mereka dengan mudah menyebut orang yang berbeda dari mereka sebagai kafir ataupun ahli bid’ah.

“Rasulullah SAW saja tidak pernah mengkafirkan orang lain di masanya, jadi tidak ada alasan untuk kita menyebut orang lain sebagai kafir,” kata Gus David.

Sementara itu, narasumber ketiga, Muntahibun Nafis, yang juga merupakan salah satu dosen di IAIN Tulungagung menegaskan, bahwa dalam rangka melawan gerakan-gerakan radikal yang ada di Indonesia sangat dibutuhkan peran generasi muda, salah satunya adalah para pelajar yang ada saat ini.

Nafis berharap, agar para pelajar saat ini untuk memanfaatkan waktu mereka guna menuntut ilmu setinggi-tingginya, tentu saja termasuk ilmu agama. Karena dengan ilmu agama yang cukup, maka mereka tidak akan mudah terpengaruh untuk ikut serta dalam gerakan-gerakan radikal yang mengatasnamakan agama. (humas)

Skip to content