Pascasarjana IAIN Tulungagung Gelar Ujian Beasiswa Program 5000 Doktor yang Kedua

Kontributor:

Tulungagung – Kementerian Agama kembali membuka pendaftaran Beasiswa Program 5000 Doktor Dalam Negeri. Program ini dibuka bagi dosen dan tenaga kependidikan binaan Kementerian Agama sejak 13 April dan akan ditutup pada 31 Mei 2018 lalu. Dan kembali IAIN Tulungagung menjadi salah satu destinasi peminat beasiswa tersebut.

Peserta program beasiswa tersebut ada 46 orang yang mendaftar di IAIN Tulungagung. Adapun tes dilakukan selama dua hari yaitu, tes tulis dilaksanakan pada Kamis (28/06/2018) dan Jum’at (29/06/2018). Adapun materi ujian tulis adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Sedangkan untuk ujian lisan adalah wawancara tentang proposal disertasi.

Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung, Akhyak mengatakan, bahwa IAIN Tulungagung masih cukup diminati oleh para pendaftarn program 5000 doktor. Meskipun tidak sebanyak tahun lalu namun animo pendaftar masih cukup besar.

Meskipun ada penurunan jumlah peminat dari pendaftar beasiswa program 5000 doktor, namun Direktur mengaku akan terus berbenah di Pascasarjana terutama untuk Program S-3. Termasuk akan diupayakan penambahan program studi yang baru.

Selain melaksanakan ujian beasiwa program 5000 doktor, Pascasarjana IAIN Tulungagung bersamaan dengan hari pertama ujian juga menyelenggarakan Studium Generale sebagai bentuk penguatan beasiswa program 5000 doktor. Adapun peserta acara tersebut adalah para mahasiswa peserta beasiswa program 5000 doktor yang sudah menjalani studi sejak tahun lalu.

Menurut Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung, kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada para peserta beasiswa untuk secepat mungkin menyelesaikan studinya. Karena jika mereka tidak bisa menyelesaikan studinya, maka harus melanjutkan studi dengan biaya sendiri.

Digelar di Aula Rektorat Lantai 3 kegiatan tersebut mengambil tema “Urgensi Penelitian Disertasi dalam Pengembangan Keilmuan”. Adapun salah satu narasumbernya adalah Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjend) Pendis Kemenag RI, Moh. Ishom Yusqi.

Dalam pemaparannya Moh. Ishom Yusqi menyampaikan, bahwa Pascasarjana bukanlah untuk memperpanjang masa studi atau status mahasiswa karena belum mendapatkan pekerjaan yang tepat, melainkan adalah untuk pengembangan ilmu.

“Kalau lulusan S-1 dari PTKIN itu orientasinya adalah bisa memberikan pencerahan keagamaan pada masyarakat awam dan menengah ke bawah. Memberikan pencerahan tentang tata cara ibadah dan hukum-hukum Islam seperti dengan memberi ceramah dan lainnya, tapi untuk S-2 apalagi S-3, harus lebih dari itu”, kata Moh. Ishom Yusqi.

Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa mahasiswa Pascasarjana terutama S-3 harus bisa membangun tesis-tesis atau teori baru dalam pengembangan keilmuan. Metodologinya juga harus lebih matang baik itu dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Karena ternyata seringkali misalnya, metode-metode pembelajaran tidak muncul dari Fakultas Tarbiyah melainkan dari forum-forum pondok pesantren.

Maka dari itu, Sesditjen berharap kepada para mahasiswa Pascasarjana untuk tidak terjebak pada penelitian deduktif yang cenderung hanya melakukan justifikasi atau pembenaran teori yang telah ada. Tentu saja hal ini supaya dimunculkan teori-teori baru yang berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahun. (humas)

Skip to content