Sarjana FASIH Harus Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

Kontributor:

Tulungagung – Sarjana dari Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum (FASIH) harus siap mengahadapi revolusi industri 4.0.. Hal tersebut disampaikan dalam orasi ilmiah yang disampaikan oleh Isroqunnajah dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) saat menjadi narasumber dalam Yudisium FASIH Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung pada Jum’at pagi (21/09/2018) di Aula Lantai 3 Rektorat IAIN Tulungagung.

Narasumber yang juga merupakan Wakil Rektor 3 UIN Maliki Malang tersebut menjelaskan, dari beberapa momen yang disebut sebagai revolusi industri yang terjadi adalah pemangkasan keterlibatan sumber daya manusia dalam proses produksi. Dalam revolusi industri pertama atau bisa disebut revolusi industri 1.0 yang bergulir di Eropa, ditandai dengan penemuan mesin uap yang menggantikan tenaga manusia dalam menjalankan alat produksi.

“Begitupun pada revolusi industri 2.0 yang ditandai dengan penemuan listrik. Lalu revolusi industri 3.0 yang ditandai dengan penemuan-penemuan alat elektronik yang lebih canggih. Semua selalu berimbas pada pemangakasan keterlibatan manusia dalam proses produksi yang kemudian mendorong bertambahnya angka pengangguran. Apalagi saat ini yang kita sebut dengan revolusi industri 4.0 dimana kemajuan teknologi sudah jauh lebih maju,” kata Isroqunnajah.

Maka dari itu, pria yang juga mantan Dekan Fakultas Syariah di UIN Maliki tersebut berharap supaya mahasiswa FASIH khususnya dan mahasiswa PTKIN secara umum untuk segera mengambil tempat. Baik dengan menekuni bidang yang telah dipelajari di kampus maupun peluang-peluang lain yang bisa dimasuki, misalnya di dunia usaha atau entrepreneur.

“Di dunia hukum terutama, kita harus bisa merebut apa yang seharusnya menjadi lahan kita alumni PTKIN yang betul-betul menekuni hukum syariah. Karena selama ini ternyata dalam penanganan perkara di pengadilan agama dikuasai oleh mereka sarjana hukum konvensional yang hanya mendapatkan materi hukum Islam sebanyak 2 SKS saja”, kata Isroqunnajah.

Menurut Isroqunnajah, sebenarnya alumni FASIH khususnya, dan PTKIN pada umumnya memiliki keistimewaan tersendiri ketika terjun di masyarakat. Ciri keagamaan yang menjadi salah satu kekhasan dari alumni PTKIN akan menjadi nilai tawar sendiri di tengah-tengah masyarakat jika betul-betul dimanfaatkan. Jadi alumni PTKIN tidak boleh minder dulu jika dihadapkan dengan alumni dari perguruan tinggi lain sebelum betul-betul berusaha dalam setiap peluang yang ingin dimasuki. (humas)

Skip to content