Kongkow Bareng Gus Nadirsyah Hosein

Kontributor:

Tulungagung – Pada Sabtu pagi pukul 08.00, tanggal 20 Oktober 2018,dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, menggelar talkshowdengan tema Penguatan Tradisi Ilmiah Sivitas Akademika. Narasumber kondang, Nadirsyah Hosein,Senior Lecture At Faculty Of Law – Monash University Australia, sekalius sebagai Rais Syuriah PCI NU Australia dan New Zealand, menjadi pengisi utama dengan didampingi Ketua LP2M, Ngainun Naim, sebagi hostdan Rektor IAIN Tulungagung Maftukhin, sebagai keynote speaker. Daya tarik dari Gus Nadir, sapaan akrab Nadirsyah Hosen, membuat Aula Lantai 5 Gedung K.H. Syaifudin Zuhri penuh sesak. Tak kurang dari 700 pesertadari berbagai unsur mulai mahasiswa sampai dosen berduyun-duyun hadir.

Dalam sambutannya, Maftukhin, menyebut kitab-kitab karangan Kiai Ihsan Jampes, seperti Sirojud Thilobin, Irsyadul Ikhwan Li bayani Syurbil Qahwah wa Dukhon, dan lain-lain, sebagai karya yang mampu menjawab problematika di masyarakat.

Irsyadul Ikhwan Li bayani Syurbil Qahwah wa Dukhonmisalnya, secara khusus membahas dinamika perbedaan para ulama tentang rokok dan kopi. Ia juga menyampaikan bahwa tradisi akademik perlu dibangun kembali, tidak hanya membaca jurnal saja. Maftukhin menganggap jurnal hanya menyuguhkan serpihan-serpihan ilmu pengetahuan.

Ketika acara inti dimulai, sebagai moderator Ngainun Naimmembuka dengan pertanyaan, bagaimana membangun tradisi ilmiah di perguruan tinggiIndonesia?Gus Nadir pun menanggapinya dengan menceritakan bagaimana tradisi ilmiah di Monash Universty, dosen-dosendi Australia mengganggap menulis di koran bukan bagian dari tradisi ilmiah. Akademisi di sana (Australia, red) benar-benar menjadimenara gading.Katanya, “Bagi mereka pengabdian itu tidak begitu penting.Yang paling utama ya mengajar dan riset. Publikasi di jurnal bereputasi, mendapat riset dari mana-mana. Jadi di Australia, yang disebut ilmiah dan akademik benar-benar fokus pada kegiatan keilmiahan.”

Tradisi akademik yang berbeda antara dua negara itu, tampak nyata dengan tumpang tindihnya beban peneliti di Indonesia. Di Indonesia, menjadi peneliti juga harus menanggung pelaporan secara administratif. Ini berbeda dengan di Australia, kata Gus Nadir, “Saya kalau dapat penelitian tidak pusing. Semuanya online dan untuk laporan keuangan diurusi bagian adminstrasi. Yang dituntut (untuk peneliti, red) disana hanya publikasi, dan bisa dimuat di jurnal mana.” Gus Nadir menyarankan untuk peneliti di Indonesia merekrut staf administrasi untuk memudahkan dosen agar lebih produktif dan fokus pada penelitiannya.

Tradisi akademik tidak bisa dilepaskan dari kegiatan membaca dan menulis. Kata Gus Nadir zikirnya seorang intelektual adalah membaca dan menulis. Gus Nadir juga menyinggung sedikit mengenai pandangan tulisan yang disebut ilmiahharus berisi banyak kutipan. Menurutnya menulis dengan sejumlah kutipan itu hanya alasan, jadi kutipan hanya tameng, padahal yang paling utama bukan panjangnya kutipan tapi gagasan yang kita sampaikan. Gagasan yang membuat orang-orang itumanggut-manggut, dan mampu menyentuh hati sekaligus pikiran seseorang untuk terus membaca tulisan hingga akhir.

Beberapa strategi produktif menulisalaNadhirsyah menjadi tawaran bagi peserta. Secara panjang lebar Gus Nadir menjelaskan proses pertama bagi seorang penulis adalah ketika mendapat sebuah gagasan yang tiba-tiba muncul dalam pikiran. Menangkap semua hal yang baru saja muncul itu adalah hal penting, tidak perlu mempedulikan bagus tidaknya atau berkualitaskah ide itu. Melainkan simpan terlebih dahulu dalam hati. Kemudian endapkan gagasan itu, resapi dan rasakan betul-betul, sebenarnya gagasan seperti apa yang baru saja kita dapatkan. Setelah itu transfer gagasan ke dalam otak kita.  Perbanyak baca buku dan mulai mencari gagasan penulis lain yang ada dalam bukunya, atau bisadisebut dengan jiwa seorang penulis.Dengan begitubisa tahu apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh penulis. Ketika dalam otak bisa mendapat gagasan yang akan memperkuat gagasan kita. maka transfer hal itu ke dalam hati. Karena penulis yang berhasil adalah yang bisa mengeluarkan gagasannya dengan hati, mampu menghipnotis para pembaca hingga mereka menuliskan kata "O" besar.

Sebelum acara usai Gus Nadir menyatakan, masing-masing penulis punya waktu produktif yang membuat mereka mendapatkan gagasan yang luar biasa dalam dirinya. Semakin banyak gagasan yang kita endapkan dan semakin banyak kita berdiskusi maka semakin banyak pula tulisan yang akan keluar. (lp2m for humas)

Skip to content