2 Peneliti Muda CEPS Paparkan Hasil Survey Clearing Ghorimin Kepada Kepala BI Perwakilan Jatim

Kontributor:

Tulungagung – Dua peneliti muda Center Economic and Policy Studies (CEPS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,  Fitri Semester VII FEBI dan Roiyatus Sa'adah Semster III FEBI, Rabu (09/01/2019) memaparkan hasil survey dengan tema Clearing Ghorimin : Ketergantungan Pedagang Pasar se-Kabupaten Tulungagung terhadap Bank Harian (Rentenir) kepada Bapak Diffi A. Johansyah Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur di Aula Rektorat Lantai 3, pemaparan hasil survey didampingi oleh Dr. Dede Nurohman, M.Ag selaku Dekan dan Syamsul Umam, MH selaku Direktur CEPS FEBI.

Acara paparan hasil survey para peneliti muda CEPS FEBI sendiri dibuka oleh Rektor IAIN Tulungagung Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag dalam sambutanya Bapak Rektor mengatakan, tradisi-tradisi ilmiah seperti penelitian ini harus terus digerakan sebagai roh dan budaya akademik dikalangan mahasiswa, karena dengan sering kita meriset akan semakin terbangun budaya akademik yang baik, tentu model-model riset yang bermanfaat bagi masyarakat, bukan riset yang sekedar untuk memenuhi kewajiban, sehingga riset tersebut berkontribusi bagi perubahan dan perkembangan masyarakat.

Sementara dua peneliti muda mengatakan dalam paparanya bahwa survey tersebut dilakukan di 16 pasar yang tersebar di seluruh Kabupaten Tulungagung, dan dilaksanakan secara sejak tanggal 15 Desember 2018 hingga 7 Januari 2019, dengan metode wawancara terstrukur melalui daftar pertanyaan terbuka kepada sejumlah pedagang di 16 pasar.

Kegiayan survey sendiri melibatkan 60 Surveyor dari Mahasiswa FEBI yang tergabung dalam Peneliti Muda CEPS FEBI, para surveyor sebelumnya sudah mendapat pelatihan dan pengarahan oleh CEPS, masing-masing surveyor mewawancarai sekitar 15-20 pedangan, dan menginput data hasil wawancara melalui aplikasi online yang sudah di buatkan.

Adapun hasil survey sebagai berikut, sebanyak 99 % responden menyatakan memiliki usaha, dengan jenis usaha berupa kios/ lapak sebanyak 49,05 %,  Pracangan 22,49%, dan 8,13 % warung Klontong, di bawah 9,76 % mulai grosir, penjual sayur mayur, buah-buahan, penjual ikan dan lain-lain.

Asset yang dimiliki pedangan antara 1 Juta – 5 Juta sebanyak 44,47%, dibawah  1 Juta sebanyak 18,60 %, dan 10,06 % mempunyai modal 5-10 Juta serta 7, 82 % mempunyai modal 10 sampai 15 Juta.

Sebanyak 54 % menyatakan mereka meminjam ke Bank dan selebihnya 46 % menyatakan tidak meminjam ke bank tetapi meminjam modal ke saudara, teman, dan keluarga dalam bentuk barang.

Responden yang manyatakan pinjam di bank harian (titil) sebanyak 50,7%, dan pinjam bank milik pemerintah seperti Bank BRI, BNI, Mandiri sebanyak 40,5%, sementara 6,8 % responden pinjam kepada Koperasi, dan masing-masing 1,0 % responden menyatakan pinjam ke BPR dan Bank Swasta seperti BCA, Danamon dan lain-lain.

Alasan responden pinjam ke bank harian (titil) sebanyak 38,58 % menyatakan proses mudah, 19,69 % menyatakan dana cepat cair, 11,81 %  kareba kebutuhan mendesak, 10,24 % menyatakab tidak banyak persyaratan, 9,45 % menyediakan jumlah yang dibutuhkan, proses mudah, 8,6 % dana capat cair; dan 5,51 % menyatakan tidak ada pilihan selebihnya responden menyatakan terpaksa karena tidak ada pilihan.

Sementara alasan mereka percaya ke bank harian sebanyak 41,9 % responden menyatakan membantu masyarakat yang membutuhkan dana dalam waktu cepat, 22,6 % menyatakan memberikan pinjaman dalam jumlah yang dibutuhkan, 21,0 % membantu menyediakan modal untuk pedagang dan 14,5 % karena kebutuhan dana yang selalu meningkat.

Lebih lanjut dipaparkan alasan mereka memilih bank harian (titil) sebanyak 40,16 % menyatakan lebih cepat tanggap dibanding dengan jasa keuangan lainnya, 26,77 % menyatakan produk pinjaman sangat memenuhi kebutuhan, 22,05 % karena rentenir mudah bergaul, dan 11,02 % menyataka pelayanan bank harian sangat baik.

Para pedagang sendiri menyatakan keuntungan  pinjam ke bank harian sebanyak 39,23 % karena tidak ada syarat, 22,31 % hadir ditengah masyarakat berpenghasilan menengah, 20,00 % menyatakan tidak memiliki proses penilaian kontrak, 16,15 % menyewakan jasa sewa-menyewa uang, selebihnya 2,3 % menyatakan jaminan aman.

Responden mengatakan pinjaman yang diberikan bank harian (titil) Rp 1 Juta dari bank harian, model pinjaman ini oleh mereka bisa disebut dengan istilah "rolasan" "Karena dengan pinjaman Rp. 1 Juta mereka diberi tenggang waktu 2 bulan dengan sistem pembayaran yang fleksibel, bisa pertelon, perempatan, atau harian, yang penting saat 2 bulan mereka melunasi pinjaman plus bunga sebesar 20 persen" ujar Roiyatus Sa'adah saat menyampaikan paparan.

Penggunaan pinjaman sebagian besar, 76,21 % digunakan untuk modal usaha, "Namun berdasarkan data observasi dan wawancara, sebagian besar pinjaman mereka digunakan untuk keperluan konsumtif keluarga, karena kebutuhan konsumtif merupakan sesuatu hal yang sensitif," Jelas Roiyatus Saadah dihadapan Kepala BI Perwakilan Jatim.

Sementara penghasilan para pedagang sendiri sebanyak 32,25 % berpenghasilan 1-2 juta, 32,25% berkisar antara Rp. 500 ribu hingga Rp. 1 juta, dan 21,95 % berpenghasilan 2-4 Juta, sisanya berpenghasilan diatas Rp. 5 juta.

Untuk cicilan yang harus diayar tiap bulannya rata-rata antara seratus ribu hingga lima ratus ribu dengan tanggungan keluarga rata-rata 3 – 4 orang di rumahnya.

Dari hasil survey tersebut para peneliti muda CEPS tersebut merekomemdasikan agar ada pelatihan peningkatan kewirausahaan serta ada program pinjaman lunak tanpa bunga melalui Bank Indonesia Perwakilan Jatim, serta program-program lain yang dapat meringankan beban para pedagang pasar.

Menanggapi hasil Survey Bapak Diffi A. Johansyah mengapresiasi survey yang di lakukan peneliti muda CEPS, apalagi tema survey yang dilakukan berat dan sulit serta jarang dilakukan, "Survey soal rentenir ini merupakan survey yang jarang dan merupakan survey kelas dunia, karena masuk diruang-ruang gelap, dunia perbankan termasuk BI sendiri sulit masuk ke wilayah tersebut, bahkan bank-bank besar seperti BRI, BNI itu bisa masuk ke model-model begini melalui koperasi syariah" Terang Diffi.

Catatan lain yang disampaikan adalah soal rekomendasi penelti muda CEPS Diffi menyampaikan rekomendasi tersebut harus hati-hati apalagi soal pinjaman lunak tanpa bunga, karena masyarakat kalau diberi pinjaman model lunak semacam hibah kinerjanya semakin menurun, sehingga perlu pengawasan yang ketat, mengacu ke hasil survey dengan model pengawasan yang ketat malah mereka bisa membayar tepat waktu mesti tidak ada jaminan secara fisik. "Saya lebih setuju kalau diberi pinjaman dengan bunga rendah 3%, nanti bisa kita bicarakan, karena menyelesaikan masalah bukan dengan makalah, melainkan dengan muamalah" tegas Kapala Perwakilan BI Jatim tersebut.

Sementara Joko Raharto Kepala BI Kediri juga mengapresiasi survey tersebut dan bila perlu dipertajam lagi kisi-kisinya sehingga bisa menjadi rule mode bagi IAIN di Indonesia, "Hasil ini bisa di tindak lanjuti membuat bank wakaf dan IAIN Tulungagung bisa menjadi pioner bagi IAIN  yang lain" kata Joko Raharto Kepala BI Perwakilan Kediri.

Untuk tanggapan penutup disampaikan oleh Dr. Ngainun Na'im, MHI selaku Ketua LP2M IAIN Tulungagung dirinya mengapresiasi hasil survey yang dilakukan mahasiswa yang tergabung dalam peneliti muda CEPS, idealnya penelitian itu didesiminasi seperti ini, bahkan dengan mengajak pihak-pihak lain yang berkompeten, hasil-hasil ini juga harus dilakukan melalui pendampingan masyarakat dan juga dengan model literasi keuangan karena karena ruh akademik itu terletak di riset dan kajian yang berimplikasi langsung kepada masyarakat, sehingga riset ini bermanfaat bagi banyak orang, tidak hanya selesai pada makalah dan seminar-seminar saja.(humas/mam)

Skip to content