IAIN Tulungagung Kukuhkan Guru Besar ke-10

Kontributor:

Tulungagung – Rabu pagi (21/10/2020) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung mengukuhkan Guru Besar yang ke-10, yakni Sokip sebagai Guru Besar bidang ilmu Psikologi Pendidikan. Pengukuhan tersebut dilakukan oleh Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin, dan digelar di Aula Lanta 6 Gedung KH Arief Mustaqiem IAIN Tulungagung.

Hadir dalam acara pengukuhan tersebut Forpimda atau yang mewakili, beberapa pejabat publik serta beberapa tamu undangan yang dibatasi dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Dalam pidato pengukuhannya, Sokip mengambil tema Pemahaman Nilai-nilai Psikologis sebagai Prediktor Kesuksesan Pendidik dalam Pembelajaran.


Menurut Sokip, dalam proses pembelajaran ada yang disebut pendidik dan ada yang namanya peserta didik. Dalam hal ini, pendidik harus memahami nilai-nilai psikologis peserta didik maka akan menjadikan kesuksesan pendidik dalam pembelajaran. Nilai-nilai psikologis tersebut maksudnya adalah kondisi yang dihadapi oleh peserta didik yaitu hal-hal yang menjadi kegalauannya, kondisi keluarga mereka, bagaimana IQ mereka serta hal-hal lain yang mempengaruhi psikologi mereka. Jika pendididik tahu tentang hal-hal tersebut maka dia akan berhasil dalam pembelajarannya.

Dikatakan juga oleh Sokip, yang disebut peserta didik adalah memiliki bermacam-macam latar belakang, ada yang anak petani, ada yang anak seorang guru atau dosen dan profesi lainnya. Dan dalam perkembangannya menurut Sokip hal tersebut juga berpengaruh terhadap perkembangan psikologi mereka.

“Heteroginitas siswa yang seperti itu, peserta didik yang seperti itu harus dipahami oleh pendidik. Terkadang seorang pendidik kurang memahami itu semua. Maka sekali lagi pentingnya pehaman nilai-nilai psikologis. Nilai-nilai psikologis itu maksudnya nilai-nilai yang dibalik peserta didik itu seperti apa. Itu yang harus dikuasai kemudian diketahui oleh para pendidik.” kata Sokip.

Pada bagian lain, Sokip menyampaikan tentang emosi. Menurutnya emosi peserta didik saat ini sangat fluktuatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam memahami perkembangan teknologi informasi yang ada sekarang ini. Dicontohkan oleh Sokip ketika beberapa mahasiswa dimintanya untuk menghafal beberapa bait Alfiah, ternyata ada yang hafal dan ada pula yang tidak. Ternyata mereka yang tidak hafal memang kurang mempunya kemauan dalam menghafal. Hal ini menjadi salah satu bagian dari hiterogenitas peserta didik yang harus diperhatikan oleh peserta didik guna kesuksesannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Sebelum mengakhiri pidato pengukuhannya, tak lupa Sokip mengucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan padanya dalam rangka meraih gelar guru besar. Selain itu juga diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam terlaksananya pengukuhan guru besarnya.

Setelah dilaksanakan pidato pengukuhan, acara dilanjutkan dengan prosesi pengukuhan yang ditandai dengan penyematan samir guru besar oleh Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin kepada Sokip selaku guru besar yang dikukuhkan.

Sementara itu, Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin dalam sambutannya seusai prosesi pengukuhan mengucapkan selamat kepada guru besar Sokip yang telah menyelesaikan gelar tertinggi seorang dosen. Dan Rektor juga menyampaikan rasa syukurnya karena sudah mengukuhkan sebelas guru besar. Dan beberapa hari lagi akan dikukuhkan lagi satu guru besar.
“Semoga saja terus kita sedang proses, para profesor kita di IAIN Tulungagung yang tentu ini akan membawa nuansa tersendiri bagi IAIN Tulungagung.” kata Rektor.

Dalam sambutannya, Rektor juga mengatakan bahwa memahami sesuatu secara psikologis adalah suatau keharusan. Menurutnya ilmu psikologi ini adalah ilmu yang paling kuno. Contonya ketika kita membaca pertarungan antara Qobil dan Habil secara sekilas maka ini hanya sebuah pertarungan belaka, namun jika kita baca secara psikologi itu akan sangat luas.

“Kelebihan para nabi atau ulama itu adalah dalam pembacaan subtansi sesuatu. Kalau sesuatu yang kita baca secara covering maka hanya akan sekilas, tapi kalau secara subtansi maka akan sangat penting.” imbuh Rektor.

Pada bagian lain sambutannya, Rektor mengatakan bahwa dulu orang tidak percaya psikologi. Karena tidak mungkin membaca karakter seseorang dengan hanya melihatnya. Namun ternyata kemudian ini dibuktikan secara akademik. Bahkan tidak hanya dengan melihat seseorang, tetapi dari tanda tangan pun ternyata bisa membaca karakter seseorang. Karena itu psikologi adalah bukan hanya digunakan pada satu sisi tapi dalam setiap sisi kehidupan kita menggunakan psikologi.

“Karena itu yang terhormat bapak ibu sekalian terutama Pak Sokip, kembangkan ilmu ini dalam karakter yang sangat penuh.” harap Rektor.

Menurutnya masih ada sisi yang masih kosong yaitu landasan-landasan psikologi dalam dunia Islam. Ini masih agak kurang diberi tempat yang cukup bagaimana konsep-konsep psikologinya Imam Al Ghozali, Ibnu Sina yang sangat luar biasa, Psikologi Islam.

“Inilah salah satu tugas penting bagi para akademisi, bagi para profesor untuk mengembangkan ilmu pengetahuan itu.” kata Rektor sebelum mengakhiri sambutannya.(sin)

Skip to content