Selenggarakan Halalbihalal, Sivitas Akademika UIN SATU Tulungagung Pererat Silaturahmi dan Kuatkan Sinergi

Kontributor:

Tulungagung – Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung) menggelar Halalbihalal Idulfitri 1443 H di Gedung Aula KH Arief Mustaqim pada Rabu pagi (11/05/2022). Gelaran acara halalbihalal ini diikuti sekitar 400 keluarga besar UIN SATU Tulungagung yang terdiri seluruh unsur pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, Dharma Wanita Persatuan, dan pengurus organisasi kemahasiswaan.
Rektor UIN SATU Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag sangat berharap momentum idulfitri ini menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi, agar mampu menguatkan sinergi seluruh elemen warga kampus, sehingga dapat mewujudkan visi misi lembaga demi kemajuan UIN SATU Tulungagung. Sebelumnya, kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan selama 2 tahun terakhir dikarenakan dalam masa pandemi Covid-19.

Terdapat 3 hal yang harus dilakukan setalah kampus bertransformasi menjadi UIN. Di antaranya, pertama, perubahan status menjadi universitas artinya adalah peningkatan akses kepada masyarakat yang lebih luas dan beragam khususnya pengelolaan di bidang manajerial. Kedua, UIN SATU Tulungagung harus jauh lebih mandiri dalam pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Ketiga, Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan peningkatan infrastruktur.
“Aktivitas yang kini sudah kembali normal menjadi langkah terbesar dan target utama untuk meningkatkan kinerja di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung," tutur Maftukhin.
Dalam acara yang berlangsung secara khidmat ini, seluruh tamu undangan mendengarkan dengan cermat tausiyah dari Dr. Rizqa Ahmadi, Lc., M.A. Dosen Akhlaq tasawuf ini menyampaikan ceramah tentang “Refleksi Idul Fitri melalui Canda Tawa Para Sufi”. Rizqa Ahmadi menjabarkan, konsep kebahagiaan secara hakiki dapat dimaknai menjadi 3 unsur yang meliputi bahwa kebahagiaan tidak dapat diukur dari sisi finansial yang didapatkan. Fenomena menunjukkan idulfitri memberikan banyak nikmat bagi semua umat. Namun tanpa disadari kita merasakan waktu yang terasa sangat begitu singkat, satu minggu setelah itu masyarakat sudah sibuk kembali ke aktivitas masing-masing.
Kedua, kebahagiaan harus diperjuangkan dengan kunci sabar. Hal ini dapat dilihat seperti sahabat nabi, satu hari di akhir Ramadhan mereka melanggar dengan melakukan aktivitas yang dilarang saat berpuasa yakni melakukan hubungan suami istri di siang hari. Hukumnya adalah wajib memerdekakan budak. Sehingga di momen idul fitri yang seharusnya dapat dinikmati bersama namun malah menjadi kekecewaan atas perilaku yang telah dilakukan.
Ketiga, Kebahagiaan harus dicari dengan kunci syukur. Ada seorang laki-laki sebatang kara yang sangat miskin dan sedang kelaparan, saat itu datanglah nabi yang hanya memiliki buah kurma. Akhirnya buah kurma yang sedikit itu diberikan dan dapat menikmatinya bersama. Nikmat yang sungguh luar biasa keduanya saling mengenal dan kini menjadi saudara. Itulah pentingnya memaknai kebahagiaan dalam menjalani segala ujian dan perjuangan dalam hidup. Kunci Sabar, Syukur dan Ikhlas menjadi jalan utama untuk menemukan sebuah kabahagiaan.
“Bahwa kebahagian tidak dapat dilihat secara satu sisi manusia memandang tapi justru kebahagiaan itu bisa kita ciptakan dengan kunci syukur dalam setiap momentum yang ada,” ujar Rizqa Ahmadi.
Acarapun dilanjut dengan bersalam-salaman seluruh tamu undangan dan ramah tamah menyantap makanan khas lebaran idulfitri.(humas/ulf)
Skip to content