Tulungagung—Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A. memberikan pembinaan kepada 160 calon guru profesional peserta UKMPPG Periode 3 Tahun 2024 di Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung pada Senin (31/12/2024) di Aula Lantai 6 Gedung KH Arief Mustaqiem UIN SATU Tulungagung. Dalam pembinaan tersebut dia mengingatkan para guru untuk meniru tiga watak Nabi Muhammas SAW dalam menjalankan profesinya sebagai guru.
“Coba perhatikan tiga watak Nabi sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 128 yang insha Allah saya yakin panjenengan semua hafal, Laqad jā’akum rasūlum min anfusikum ‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum ḥarīṣun ‘alaikum bil-mu’minīna ra’ūfur raḥīm(un),” kata Sahiron.
“Yang pertama adalah “‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum”, memiliki rasa iba, memiliki rasa empati kepada orang yang menderita. Menderita bisa saja dari sisi teologis, bisa saja dari ekonomi, bisa saja dari ilmu pengetahuan. Misalkan saja ada orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan sampean bantu ajari,” lanjut Sahiron.
Yang kedua, masih menurut Sahiron, Nabi Muhammad SAW memiliki watak “ḥarīṣun ‘alaikum”, artinya memiliki antusiasme yang tinggi untuk kemajuan orang lain. Kalau kita berfikir bagaimana kita sendiri maju maka sudah dilakukan oleh kita semua, termasuk yang dilakukan oleh para peserta PPG dengan mengikuti PPG. Maksudnya kalau setiap orang ingin maju tentu sudah banyak dilakukan, namun memikirkan bagaimana mereka, anak didik itu bisa maju, maka itulah yang diharapkan.
“Jadi seorang pimpinan, njenengan-njenengan semua para guru itu harus memiliki ini. Jadi dirinya difikirkan tapi oran lain juga difikirkan. Kanjeng Nabi itu memiliki watak ini. Dan itu tidak memilih atau memandang siapapun. Baru bil-mu’minīna ra’ūfur raḥīm. Ketika orang itu sudah beriman kepada Kanjeng Nabi Muhammad, maka dobel rahmatnya, dobel kasih sayangnya, dobel perhatiannya. Tetapi sebelum beriman pun diperhatikan, fuqoro wal masakin di Makkah itu tidak memandang agamanya apa dibantu oleh Nabi Muhammad SAW, namun setelah beriman maka dobel kasih sayangnya, yakni rouf dan rahim,” terang Sahiron.
Dalam bagian lain, Sahiron juga menyampaikan bahwa PPG sebenarnya sudah dilakukan lama. Dari generasi ke generasi dan khusus pada pemerintahan Presiden Prabowo saat ini hal tersebut lebih perhatikan lagi. Tidak hanya terkait pengabdian para guru yang luar biasa namun juga akan lebih diperhatikan lagi terkait dengan kesejahteraannya.
Khusus di Kementerian Agama, menurut Sahiron, hal tersebut diatur pertama dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2018 tentang LPTK yang peraturan ini mengatur standar penyelenggaraan pendidikan sarjana dan profesi/PPG pada LPTK di linkungan Kementerian Agama. Yang kedua adalah KMA Nomor 745 tahun 2020, aturan ini mengatur penyelenggaraan PPG di lingkungan Kementerian Agama. Yang terakhir di tahun 2024 ada Keputusan Sekjend Nomor 56 Tahun 2024 yang mengatur pelaksanaan PPG dalam jabatan di lingkungan Kemenag.
“Intinya PPG ada dua yang pertama adalah dalam jabatan dan pra jabatan. Untuk yang pra jabatan di Kemenag masih kita fikirkan ulang terkait dengan UKTnya apakah harus ada Keputusan Menteri Agama atau cukup dengan SK Rektor. Saat ini sedang digodok. Jika ini sudah final akan diadakan PPG di tingkat program studi,” kata Sahiron.
Selain itu Sahiron juga mengingatkan betapa pentingnya peran dan fungsi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Menurutnya jika kita lihat ada tiga fungsi LPTK, yang pertama adalah menyelenggarakan program sarjana pendidikan keguruan. Kedua menyelengarakan program pendidikan profesi guru (PPG). Satu lagi yang jarang dilakukan adalah program peningkatan kemampuan atau kualitas guru, misalnya workshop IT, workshop atau training apapun untuk meningkatkan kemampuan atau kualitas para guru.
“Tantangan guru sangat luar biasa, sehingga LPTK sebaiknya memberikan dukungan yang besar kepada para guru melalui fungsi yang ketiga,” harapnya.
Tantangan para guru yang pertama menurut Sahiron salah satunya adalah teknologi yang cepat berkembang. Sementara anak-anak lebih cepat mengikuti perkembangan teknologi. Bahkan mereka sudah bermain dengan Artificial Intellegence (AI). Guru bicara apa maka siswa bisa mengetik di aplikasi AI. Misalnya guru menerangkan tentang ekonomi makro, maka murid langsung mencarinya denngan AI sehingga mereka tahu sebelum guru menyelesaikan penjelasannya.
“Ini perlu diperhatikan, setelah PPG ini harus seperti apa,” kata Direktur PTKI alumni Jerman ini.
Tantangan yang kedua adalah perubahan karakteristik siswa siswi yang ada saat ini, di mana mereka memiliki pola fikir dan karakter yang berbeda dengan zaman sekolahnya para guru dan para pejabat yang ada saat ini. Oleh karena itu, para guru harus bisa memahami apa yang menjadi pola fikir dan karakter mereka termasuk hal-hal yang masuk ke dalam otak mereka melalui pemanfaatan gadget dan sumber-sumber informasinya.
Tantangan terakhir, masih menurut Sahiron, adalah bagaimana kita mengajarkan tentang nilai-nilai agama. Jadi di tahun 2045 kita bangsa Indonesia bercita-cita yang namanya The Golden Age of Indonesia atau Indonesia Emas. Indonesia emas ada dua hal yang harus diperhatikan, yang pertama adalah Bangsa Indonesia maju dalam bidang ilmu pengetahuan, maju dalam bidang teknologi, bidang sains di satu sisi, namun di sisi lain kita harus maju dalam bidang spiritualitas keagamaan, dan itu harus dilakukan dengan penanaman akhlaqul karimah kepada siswa oleh para guru.
“Ternyata berat, ya. Tapi memang harus begitu jadi guru, berat. Karenanya sangat besar jasanya para guru,” kata Sahiron.
Mengenai progres pelaksanaan PPG, Sahiron menyebutkan bahwasanya pada tahun 2024 pendaftar PPG batch 1 jumlahnya 14.733 orang, sedangkan batch 2 jumlahnya 15.199 orang. Dan ini kerjasamanya dengan pemerintah daerah. Sementara di tahun 2024 Kementerian Agama kehabisan anggaran, sehingga yang madrasah-madrasah belum. Sementara di tahun 2025 akan ada yang disebut dengan PPG Transformatif, yang mana pelaksanaannya berbeda dengan PPG yang sudah ada sebelumnya, yakni akan lebih singkat dan efektif.
“Kenapa ini dimunculkan karena jika dilakukan secara konservatif maka terlalu lama, sementara ada daerah yang membutuhkan banyak guru dalam waktu dekat yang jumlahnya mencapai 800 ribu guru yang harus segera tersertifikasi,” kata Sahiron.
Sementara itu sebelumnya, Rektor UIN SATU Tulungagung, Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. dalam sambutannya mengingatkan kembali sambutannya saat kedatangan para peserta PPG yang hari ini dikukuhkan. Dia menyampaikan, terutama kepada Direktur PTKI Kemenag RI, bahwa yang menentukan kelulusan peserta PPG di UIN SATU Tulungagung adalah tidak hanya berapa tugas yang mereka selesaikan namun juga ditentukan oleh ketidakterlibatan mereka dalam hal narkoba dan judi online. Dan itu disepakati dalam bentuk surat pernyataan yang ditandatangani oleh para peserta masing-masing. Dengan harapan para peserta PPG benar-benar bersih dari hal-hal tersebut sehingga bisa menjadi guru yang benar-benar baik dan profesional.
Selain itu Rektor juga mengingatkan bahwa karena karena para peserta PPG tersebut adalah alumni, maka dia berharap jangan sampai guru-guru PAI menghidupkan laptop saja tidak bisa.
“Jadi mohon untuk selalu belajar, khususnya terkait dengan pemanfaatan teknologi dalam menjalankan profesi anda sebagai guru,” kata Abd. Aziz.