ASN UIN SATU Tulungagung Ikuti Survei Indeks Profesionalisme dan Moderasi Beragama

Kontributor:

Tulungagung – Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung) mengikuti survei Indeks Profesionalisme dan Moderasi Beragama (IPMB) yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Kegiatan tersebut diikuti oleh 328 ASN dan dilaksanakan melalui CAT (Computer Assisted Test) yang bertempat di Pusat Laboratorium Pendidikan Terpadu (PLPT) UIN SATU Tulungagung pada Selasa (27/12/2022).

Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas melalui video sambutannya yang disampaikan melalui jaringan aplikasi Zoom mengatakan, bahwa bahwa pelaksanaan CAT IPMB ini wajib diikuti oleh seluruh ASN Kemenag RI yang bertujuan untuk mengetahui indeks Profesional Moderasi Beragama yang akan muncul di profil ASN Kementerian Agama.


Selain itu Menag RI juga berharap supaya ASN Kementerian Agama harus menjadi motor penggerak Moderasi Beragama di Indonesia.

Sementara itu, Rektor UIN SATU Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. pada saat memantau pelaksanaan survei IPMB tersebut sebelum tes dimulai sempat melakukan dialog dengan beberapa peserta IPMB. Dia juga mengingatkan tentang empat indikator dalam moderasi beragama.

“Ada empat indikator dalam moderasi beragama yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan akomodatif terhadap budaya lokal,” kata Rektor sebelum meninggalkan ruangan.


Ujian ini dibagi dalam 4 sesi dengan durasi 90 menit tiap sesi. Di antara 328 peserta, terdapat 7 ASN dari instansi luar yang memilih titik lokasi Uin SATU Tualungagung. Mereka berasal dari Inspektorat Jenderal RI, Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, UIN Yogyakarta, UIN Surakarta, UIN Mataram, Uin Banjarmasin, dan IAIN Madura.

Fahmi Arif, salah seorang dosen yang menjadi peserta survei tersebut berpendapat, bahwa kegiatan ini bagus jika dilihat dari sudut pandang concern hukum nasional terkait penanggulangan terorisme. Karena moderasi beragama adalah satu hal yang bisa menyentuh aspek keyakinan seseorang. Sementara peristiwa terorisme tidak jauh-jauh dari pemahaman keagamaan seseorang yang diyakini dan direalisasikan dalam bentuk tindakan terorisme.

Terkait pelaksanaan survei nasional ini, ,menyampaikan dua pandangannya. Pertama, jika kegiatan tersebut ditargetkan untuk memenuhi semacam kegiatan sosialisasi maka dia menganggapnya cukup.

“Namun jika ini ditargetkan untuk mengukur seberapa moderatnya ASN di lingkungan Kemenag maka sepertinya harus digarap lebih serius,” katanya.

Sementara itu peserta lain yang bernama Septi mengatakan bahwa kegiatan survei IPMB ini penting untuk mengukur seberapa moderat ASN di lingkungan Kemenag RI. Hal ini karena Indonesia itu beragam dalam beragama, dan keragaman dalam beragama itu tidak mungkin dihilangkan. Menurutnya ide dasar moderasi adalah untuk mencari persamaan dan bukan mempertajam perbedaan.

“Apalagi sifat dan karakter orang Indonesia dengan tingkat fanatisme agama cukup tinggi. Sehingga perlu adanya moderasi beragama, ya salah satunya itu untuk membatasi keekstriman pandangan seseorang,” katanya.(humas/sin)

 

Skip to content