FTIK IAIN Tulungagung Gelar Studium Generale Jurusan MIPA

Kontributor:

Tulungagung – Pada Rabu pagi (04/10/2017) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan menggelar studium generale tentang pendidikan karakter pada pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kegiatan tersebut diikuti oleh mahasiswa dari jurusan Tadris Matematika, Tadris Biologi, Tadris Kimia dan Tadris Fisika.

Dalam studium generale yang mengambil tema “Penguatan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)”, hadir sebagai narasumber Ibrahim yang merupakan dosen sedior di Universitas Negeri Malang (UM).

Wakil Dekan 1 FTIK IAIN Tulungagung, Ahmad Tanzeh yang dalam hal ini mewakili Dekan FTIK pada sambutannya saat membuka acara tersebut menyampaikan, bahwa kegiatan tersebut ditujukan supaya para mahasiswa yang nota bene sebagai calon guru bisa memahami tentang pendidikan karakter yang bisa dilakukan melalui pelajaran MIPA.

Dijelaskan oleh Ahmad Tanzeh, bahwa meskipun beberapa jurusan MIPA masih relatif baru, namun sebenarnya, ilmu tentang MIPA sebenarnya bukan hal baru di dunia pendidikan Islam. Pasalnya banyak ilmuwan-ilmuwan Islam yang memiliki andil besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan baik itu Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan berbagai terapannya bahkan sebelum kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa.

“Jadi saya harapkan, semua mahasiswa untuk serius dalam mengikuti kegiatan ini, karena banyak pengalaman narasumber yang bisa menjadi pelajaran untuk anda sebagai calon pengajar”, pungkas Ahmad Tanzeh yang kemudian dilanjutkan membuka acara studium generale tersebut.

Adapun setelah sambutan dan pembukaan acara tersebut, dilakukan juga dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman antara Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung (FTIK) dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UM. MoU tersebut berisi tentang bentuk-bentuk kerjasama kedua belah pihak tentang pengembangan jurusan MIPA termasuk juga tentang penggunaan dan pengembangan laboratorium MIPA.

Sementara itu, dalam Prolognya, Ibrahim menyampaikan bahwa, dalam pendidikan karakter sudah saatnya para pendidik memahami bahwa itu tidak mungkin terbentuk dengan penyampaian materi melalui ceramah. Namun memberikan tantangan-tantangan kepada para siswa dalam menemukan penyelesaian sendiri pada pelajaran MIPA maka akan membentuk karakter masing-masing.

Dicontohkan dalam sebuah video yang diputar oleh narasumber, ketika para siswa sebuah sekolah dasar di Malang, yang mana mereka diberikan tantangan untuk menyalakan sebuah lampu dengan diberikan kabel dan baterai. Maka mereka mencoba bagaimana cara menyambungkan kabel, lampu dan baterai supaya lampunya menyala.

Pada awalnya mereka gagal, namun dengan berbagai percobaan dan hipotesis mereka akhirnya berhasil menyalakan lampu tersebut. Dan ekspresi senang mereka pun kemudian muncul. Di sinilah pembentukkan karakter sedang berproses dalam diri mereka.

“Nah, dari situlah anak-anak akan mengeluarkan daya dan upayanya untuk berfikir, bersikap dan bereksperimen. Ini akan berbeda jika kita menjelaskan langsung kepada mereka bagaimana cara menyalakan lampu tersebut. Jelas mereka tidak akan menggunakan fikiran dan kreatifitas mereka”, terang Ibrahim.

Studium generale berjalan cukup menarik. Para mahasiswa begitu antusias untuk bertanya sekaligus berpendapat kepada narasumber. Karena narasumber menyampaikan materinya dengan cukup dialogis sehingga para mahasiswa tidak jenuh mengikuti kegiatan tersebut hingga studium generale ditutup sekitar pukul 12.30. (humas)

Skip to content