Halal Bi Halal; Pertegas IAIN Tulungagung sebagai Kampus Dakwah dan Peradaban

Kontributor:

Tulungagung – Untuk memberikan nilai tambah sekaligus merayakan Idul Fitri tahun ini, maka Selasa (12/07) atau tepatnya hari ke-7 Idul Fitri 1437 hijriyah IAIN Tulungagung menyelenggarakan acara halal bi halal. Dilaksanakan di Aula Utama IAIN Tulungagung acara halal bi halal tersebut dihadiri oleh seluruh pejabat, dosen dan karyawan IAIN Tulungagung.

Acara halal bi halal diisi dengan ceramah yang disampaikan oleh Ketua Jurusan IPS IAIN Tulungagung, Sutopo, M.Pd. Pada ceramahnya Sutopo menjelaskan tentang berbagai aspek ajaran Islam. Beberapa hal yang disampaikan adalah: pertama, puasa ramadhan yang baru saja usai kita jalankan merupakan momentum untuk refleksi dan transformasi.

“Apakah puasa yang telah kita jalankan sudah memberikan manfaat secara nyata dalam kehidupan kita? Jika sudah, tentu itu yang diharapkan. Jika belum, itu menjadi agenda penting bagi kita untuk memperbaikinya”, kata Sutopo dalam prolognya.

Tak hanya soal nilai puasa secara umum, lebih spesifik Sutopo juga menyoroti tentang peningkatan kualitas keberagamaan di IAIN Tulungagung selama bulan ramadhan. Ada khotmil Qur’an di masing-masing unit. Ada juga kultum di masjid setiap usai shalat dhuhur. Juga beberapa kegiatan lainnya. Semua kegiatan yang positif tersebut seyogyanya dipertahankan pada waktu-waktu di luar bulan Ramadhan.

Menariknya, apa yang disampaikan Sutopo mendapatkan apresiasi sangat baik dari Rektor IAIN Tulungagung, Dr. Maftukhin, M.Ag., pasalnya Sutopo yang dari latar belakang keilmuannya bukan agama, namun ternyata Sutopo berhasil menampilkan perspektif yang cukup mencerahkan mengenai ubudiah dan nilai-nilai ritual keagamaan berikut substansinya.

“Perspektif integrasi sebagaimana disampaikan oleh Sutopo, M.Pd sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan IAIN Tulungagung.”, kata Rektor dalam sambutannya seusai ceramah.

Masih dalam sambutannya, Rektor menyampaikan rasa bersyukur bahwa IAIN Tulungagung sudah berkembang sedemikian pesat. Jumlah mahasiswa sudah 8.000 lebih, jumlah dosen lebih dari 300 orang, jumlah jurusan 31 buah, gedung perkuliahan juga sudah memadai. Tentu ini merupakan sesuatu yang harus disyukuri.

IAIN Tulungagung juga bersyukur memiliki guru besar baru dalam bidang Filsafat Pendidikan Islam, yaitu Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag. Gelar guru besar yang diraih oleh Prof. Akhyak ini merupakan hasil perjuangan yang panjang dan melelahkan. Di tengah sulitnya meraih gelar guru besar, prestasi Prof. Akhyak harus disyukuri. Apalagi selama 8 tahun terakhir, tidak ada guru besar yang lahir.

Rektor menegaskan bahwa IAIN Tulungagung adalah kampus dakwah. Penegasan ini berkali-kali disampaikan Rektor, karena menurutnya, jangan sampai perubahan dan perkembangan IAIN melupakan tugasnya yang pokok. Dakwah adalah tugas pokok yang harus diemban dan dikembangkan oleh IAIN sampai kapan pun. ”Dakwah harus tetap menjadi karakter IAIN”, tegas Rektor.

Ditegaskan juga oleh rektor, bahwa selain sebagai kampus dakwah, IAIN Tulungagung juga sebagai kampus peradaban.Peradaban sifatnya dinamis. Ia terus tumbuh dan berkembang. Dalam kerangka ini, IAIN harus memotori perkembangan kemajuan peradaban. Berbagai pertanyaan yang ada di masyarakat membutuhkan jawaban secara ilmiah. Jika semuanya mampu direspon secara aktif-kreatif maka peradaban yang maju akan terwujud.

”Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika IAIN Tulungagung mengalami perkembangan yang sedemikian pesat. Kemajuan ini harus dijaga, dikelola, dan terus dikembangkan secara optimal.”, kata Rektor di akhir sambutannya.

Skip to content