IAIN Tulungagung Gelar Apel Peringatan HAB ke-75 Kemenag

Kontributor:

Tulungagung – Selasa pagi (05/01/2021) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung menggelar apel dalam rangka peringatan Hari Amal Bakti ke-75 Kementerian Agama Republik Indonesia (HAB ke-75 Kemenag) di Lapangan Utama Kampus IAIN Tulungagung. Apel tersebut diikuti oleh sebagian civitas akademika dan juga CPNS IAIN Tulungagung formasi tahun 2019.

Meskipun HAB Kemenag jatuh pada tanggal 3 Januari 2021 namun sebagaimana edaran dari Kemenag RI Nomor 69 Tahun 2020 Tentang Hari Amal Bakti (HAB) ke-75 Kementerian Agama RI Tahun 2021 maka dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2021. Adapun sebagaimana surat edaran tersebut apel HAB ke-75 Kemenag di IAIN Tulungagung diupayakan tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid-19.


Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin sebagai instpektur apel dalam amanatnya menyampaikan rasa syukur karena segenap yang hadir dapat mengikuti apel tersebut. Disampaikan pula bahwa dari sejarahnya, Kemenag RI adalah salah satu kementerian pertama sejak diproklamirkannya republik ini pada 17 Agustus 1945 oleh para pendiri bangsa.

Masih menurut Rektor, bahwa adanya Kementerian Agama di Republik Indonesia ini adalah sesuatu yang mengikuti pola ketatanegaraan yang sudah diterapkan di nusantara ini sejak sebelum Indonesia merdeka. Karena di dalam kekuasan politik di nusantara ini semua berbasis agama, semua berbasis spiritualitas.

“Karena itu ketika Bung Karno mengusung konsep yang namanya Pancasila beliau mengatakan Pancasila hadir bukan seketika, bukan sporadis tapi Bung Karno mengatakan setelah saya menggali, setelah saya mengamati dan saya mempelajari seluruh nusantara maka lahirlah Pancasila itu,” kata Rektor.

Kenapa ada Kementerian Agama, lanjut Rektor, sementara di negara-negara lain tidak ada, bahkan di Saudi Arabia sendiri tidak ada kementerian agama, yang ada kementerian wakaf, kementerian haji. Hal tersebut karena di negara-negara lain ragam agama yang dianut warganya tidak terlalu banyak. Sementara di Indonesia ada bermacam-macam agama.

Rektor juga mengatakan bahwa, di negara ini masyarakatnya sangat spiritualis, karena itu berbagai macam kepercayaan, berbagai macam agama tumbuh sangat subur. Bahkan sampai sekarang masih banyak terdapat keragaman. Oleh karena itu kita butuh berbagai macam kebijakan dalam menghadapi perbedaan agama.

Menurut Rektor, bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang konflik antar agama jauh sebelum negara ini terbentuk. Salah satunya ketika pada masa kerajaan Mataram Kuno di mana ada konflik antara Hindu dan Budha. Dalam hal ini agama menjadi salah satu faktor konflik di samping beberapa faktor lain dan menjadi faktor terbesar dalam konflik di nusantara ini. Dan dalam perkembangannya berbagai konflik tersebut kemudian melahirkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai spiritualitas tertinggi di masa Kerajaan Majapahit yang tertuang dalam Kitab Sutasoma dan Kitab Negara Kertagama.

“Spiritualitas tertinggi itu bukan dipersembahkan bagi seseorang saja, namun dipersembahkan untuk Sang Hyang Tunggal yang kemudian menjadi inspirasi sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila,” kata Rektor.

Oleh karena itu, masih kata Rektor, Indonesia bisa menjadi rukun ketika spiritualitas itu menjadi tonggak besar kita. Indonesia bisa rukun, bisa berbaikan, tidak ada konflik ketika semua orang sadar dengan spiritualitas itu. Dan semua itu ada di Kementerian Agama yang berhubungan dengan spiritualitas. Dan gagasan-gagasan tersebut ada di PTKIN atau Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang ada di bawah naungan Kemenag.

“Termasuk di dalamnya adalah IAIN Tulungagung yang In sya’ Allah dalam waktu dekat akan menjadi UIN Sayyid Ali Rahmatullah.” kata Rektor optimis.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Rektor tak lupa mengucapkan selamat kepada para pegawai IAIN Tulungagung yang baru saja mendapatkan penghargaan Satya Lancana Wirakarya serta Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Formasi Tahun 2019 yang baru menerima SK Pengangkatan.(sin)

 

Skip to content