IAIN Tulungagung Jadi Tuan Rumah FGD Mudir Ma’had PTKIN se-Indonesia

Kontributor:

Tulungagung – Ma’had Al-Jamiah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung menjadi tuan rumah Focus Group Discussion (FGD) Mudir Ma’had PTKIN se-Indonesia. Kegiatan tersebut dibuka pada Jum’at malam (28/06/2019) di Gedung KH Saifuddin Zuhri IAIN Tulungagung.

Mudir Ma’had Al Jamiah IAIN Tulungagung, Teguh dalam sambutannya saat acara pembukaan mengucapkan selamat datang kepada seluruh Mudir Ma’had PTKIN dari seluruh Indonesia yang telah hadir. Dikatakannya bahwa ada 31 mudir PTKIN seluruh Indonesia dari total 58 PTKIN yang ada.

“Ini lebih dari setengah jumlah PTKIN se-Indonesia. Dan ini jumlah yang terbesar dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Jadi kita patut bersyukur,” kata Teguh.

Teguh mengatakan, bahwa FGD ini seharusnya diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun karena beberapa hal,

 banyak yang mengusulkan untuk dilaksanakan di IAIN Tulungagung. Dan beruntung, selama ini kegiatan yang diusulkan oleh Ma’had Al-Jami’ah selalu direstui oleh Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin dan juga Wakil Rektor 3, Abad Badruzzaman. Jadi tidak begitu ada masalah meskipun pihak Ma’had harus bekerja keras demi terlaksananya kegiatan tersebut.

Tak lupa, Teguh juga mengucapkan permohonan maaf karena Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin yang sedianya hadir dalam pembukaan acara tersebut batal hadir, dikarenakan karena ada agenda lain yang tidak bisa ditinggalkan.

Di akhir sambutannya, Teguh memohon maaf jika dalam pelaksanaan kegiatan kali ini, termasuk bagaimana penjemputannya serta fasilitas yang disediakan masih ada beberapa kekurangan.

Sementara itu, Ketua Forum Mudir Ma’had Al-Jami’ah PTKIN se-Indonesia, Muzakki dalam sambutannya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Mudir Ma’had Al-Jami’ah IAIN Tulungagung yang berkenan menjadi tuan rumah FGD ini. Dikatakannya bahwa rekomendasi pada pertemuan di tahun 2018 sepakat yang ditunjuk sebagai tuan rumah adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tapi karena banyak hal akhirnya disepakati kegiatan tersebut dipindah ke IAIN Tulungagung.

“Makanya saya bersyukur dengan situasi kepepet, IAIN Tulungagung berkenan untuk menjadi tuan rumah. Dan Alhamdulillah antusiasme PTKIN seluruh Indonesia cukup tampak dalam kegiatan kali ini, dilihat dari sangat banyaknya perwakilan yang hadir,” kata Muzakki disambut tepuk tangan yang hadir.

Dalam sambutannya, Muzakki juga menyampaikan perihal beberapa problem yang dihadapi oleh PTKIN yang kini banyak beralih status menjadi UIN. Pasalnya dari pengamatan, mahasiswa mereka di dalam ilmu agama ternyata kalah dari alumni pesantren, sedangkan dalam ilmu umum mereka kalah dari perguruan tinggi umum.

“Ini menjadi problem besar yang harus mendapatkan perhatian khusus dari setiap pengelola PTKIN.” kata Muzakki.

Dan menurutnya, keberadaan ma’had di PTKIN adalah menjadi salah satu jawaban atas problem tersebut. Karena dengan adanya ma’had maka PTKIN akan bisa memberikan pengetahuan agama yang lebih kepada para mahasiswanya. Namun saat ini kendalanya adalah bahwa ma’had hanya berstatus sebagai Unit Pelayanan Teknis (UPT) saja, sehingga dalam pengelolaannya tidak bisa didukung secara penuh dari sisi anggaran sebagaimana lembaga lain di kampus.

Selain itu, masih ada lagi beberapa problem dalam pengelolaan ma’had, termasuk mulai masuknya pengaruh paham radikal ke beberap ma’had. Menurut Muzakki ini harus segera disikapi. Dan harapannya semoga dengan adanya FGD di IAIN Tulungagung ini bisa menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk menyelesaikan berbagai problem tersebut yang nantinya disampaikan ke Kementerian Agama.

Wakil Rektor 3 IAIN Tulungagung, Abad Badruzzaman yang mewakili Rektor dalam sambutannya pada acara pembukaan tersebut menyampaikan selamat datang kepada segenap mudir atau perwakilan yang hadir.

Dalam sambutannya, Abad mengatakan, bahwa selama ini keberadaan ma’had ternyata memiliki peran penting di IAIN Tulungagung. Pasalnya, dalam perkembangannya input mahasiswa yang masuk tidak lagi hanya dari sekolah berbasis agama atau madrasah, melainkan juga dari sekolah-sekolah umum  yang mayoritas minim pengetahuan agama. Bahkan minim kemampuannya dalam baca tulis Al-Qur’an.

“Namun dengan keterbatasan kapasitas ma’had yang kami miliki, tidak semua mahasiswa tersebut bisa kami akomodir di ma’had,” katanya.

Dengan kondisi tersebut, setelah melalui perenungan panjang, akhirnya ditemukanlah formulasi program madin untuk mahasiswa baru selama dua semester awal. Kegiatan ini melibatkan beberapa organisasi alumni pesantren dan dilaksanakan sebelum perkuliahan dimulai. Adapun materinya mulai dari baca tulis Al-Qur’an hingga kitab-kitab klasik sebagaimana yang ada di pondok pesantren salaf.

“Ternyata program tersebut berjalan dengan baik dan menampakkan hasil memuaskan. Tak hanya itu saja, langkah pemerintah untuk menyebarkan Islam yang moderat bisa kami kembangkan juga di sini,” kata Abad.

Setelah memberikan sambutannya, Wakil Rektor 3 mewakili Rektor IAIN Tulungagung pun membuka acara dengan pembacaan umul kitab. Tampak hadir dalam acara tersebut beberapa pejabat di lingkungan IAIN Tulungagung, musyrif dan musyrirah Ma’had Al-Jami’a serta beberapa tamu undangan. Perlu diketahui, acara FGD ini juga dirangkai dengan kegiatan Rihlah Ilmiah serta ditutup pada Minggu malam (30/06/2019) bersamaan dengan kegiatan Haflah Kubra Ma’had Al-Jami’ah IAIN Tulungagung.(humas/sin)

Skip to content