Institut Transvaluasi; Hubungan Sains dan Islam dalam Perspektif Fethullah Gulen

Kontributor:

Acara ceramah ilmiah dan kebudayaan yang diadakan oleh Institut Transvaluasi yang telah diselenggarakan untuk kedua kalinya, tepatnya pada Rabu, (29/4) malam. dengan pembukaan dimulai pada pukul 18.30-21.30 WIB ini dengan membedah seri desertasi bapak Dr. A. Rizqon Hamami, Lc.M.A, dengan tema Hubungan Sains dan Islam dalam Perspektif  Fethullah Gulen ini dibuka dengan penampilan dari Teater Pro-Test melalui Musikalisasi Puisi.

Menginjak pada acara inti yakni ceramah ilmiah dan kebudayaan yang disampaikan oleh bapak Dr. Ahmad Rizqon Khamami. Lc, MA. Dengan menghaturkan rasa Syukur kepada Allah SWT dan sholawat kepada Rasulullah, beliau mulai membuka ceramahnya di depan audience yang telah memenuhi Aula Utama IAIN Tulungagung.

Dalam penuturan beliau relasi antara Islam dan Sains telah menyeruak ke permukaan khususnya setelah Renaissance di Prancis. Banyak tokoh yang lahir dari hubungan ini, diantaranya seperti Sayyid Husein Nasr, Ismail Raji Alfaruqi, Najib al Athos, dsb. Keberadaan mereka berusaha untuk menjembatani hubungan antara Islam dan Sains.

Menurut Ian G. Barbour, seorang tokoh pengkaji hubungan sains dan agama telah memetakan hubungan keduanya dengan membuka kemungkinan interaksi diantara keduanya. Dalam kajiannya, Ian G. Barbour melahirkan sebuah tipologi. Tipologi ini terdiri dari empat macam pandangan, yaitu: 
 Konflik, Independensi, Dialog dan Integrasi.

Bagaimana tokoh ini bisa diangkat dalam disertasi ini? Bukti ketokohan Fethullah Gülen adalah kesuksesan dalam memberikan warna baru dalam diskusi Islam dan Sains di dunia. Melalui gerakannya, Gülen Movement, ia telah memiliki pengikut yang tersebar di lebih dari 100 negara. Mereka juga telah berhasil mendirikan lebih dari 2.000 sekolah di lebih dari 100 negara. Sekolah yang dicanangkan oleh Fethullah Gülen ini fokus mengajarkan sains. Dengan melalui pendekatan multikultural, ia telah berhasil mentransformasikan nilai-nilai humanis kepada para muridnya. Di sini, agama tidak diajarkan secara langsung, namun dengan jalan tamtsil oleh guru.

Pertama, dalam perspektifnya Fathullah Gülen, sumber permasalahan dalam diskursus Islam dan Sains adalah: meterialisme merupakan kajian filsafat yang memandang bahwa yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah sesuatu yang berbasis materi. Kajian ini dianggap memiliki sisi-sisi yang berseberangan nilai Islam. Jika yang diakatan sebagai 'ada' hanyalah yang berbasis materi, maka dimensi metafisika akan mati. Keberadaan Tuhan dan Malaikat akan ternegasikan, dimensi ke'wahyu'an pun juga berada pada posisi krisis. Oleh karena itu, Gülen menganggap bahwa filsafat ini sebagai sumber permasalahan.

Kedua, ada anggapan bahwa manusia itu merupakan hasil seleksi alam, bukan ciptaan Tuhan. Hanya spesies yang unggul yang mampu bertahan, sedangkan spesies yang cacat akan punah. Dalam kajian selanjutnya, teori ini benar-benar memisahkan fenomena alam dengan kuasa Tuhan. Sampai pada titik kulminasi yaitu ateisme. Ketidakpercayaan pada Tuhan inilah yang dianggap sebagai sebuah permasalahan yang serius.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka Fathullah Gülen mulai mengawinkan antara Islam dan Sains dalam rangka Islamisasi Sains. Melalui pendidikan, ia berusaha menyebarkan sains dengan tujuan untuk memajukan Islam lewat jalan Sains.

Dalam Disertasinya, Dr. A. Rizqon Khamami, Lc., MA. mendapatkan temuan-temuan, diantaranya: Dalam ranah aksiologi, Fathullah Gülen berusaha melakukan Islamisasi Ilmu. Menjadi sekolah umum ini dipilih karena tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan sains, bukan agama.  Ajaran agama dapat diperoleh dengan mencontoh guru. Karena guru dijadikan sebagai tamtsil. Menciptakan golden generation. Dengan mengajarkan sains pada sekolah menengah, diharapkan agar para pelajar itu mampu menguasai sains, dan kemudian mampu menguasai laju dunia.(instrans)

Skip to content