Tulungagung — Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung) kembali mencatat sejarah. Kampus ini berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) melalui pembuatan 3.648 tong sampah bambu oleh mahasiswa baru dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2025, Selasa (26/8/2025).
Ribuan tong sampah bambu ini dibuat sebagai wujud kepedulian lingkungan. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari penguatan program kampus hijau ReliGreen yang diinisiasi Rektor UIN SATU, Prof. Abd. Aziz. Program ini selaras dengan program Ekoteologi Kementerian Agama.
Atas capaian tersebut, MURI mencatatkan UIN SATU Tulungagung sebagai pemegang rekor nasional. Peristiwa ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi sivitas akademika UIN SATU.
Perwakilan MURI, Sri Widayati, hadir langsung untuk melakukan verifikasi dan mengesahkan rekor ini. Ia menyampaikan apresiasi tinggi atas keberhasilan UIN SATU Tulungagung yang kembali mencatat prestasi inspiratif di tingkat nasional.
Menurutnya, tong sampah bambu yang dihasilkan mahasiswa baru bukan sekadar angka. Lebih dari itu, karya ini sarat makna edukasi, pemanfaatan sumber daya lokal, pelestarian lingkungan, serta penanaman nilai gotong royong. Inovasi ini juga menjadi solusi mengurangi penggunaan plastik dan mendukung terciptanya lingkungan kampus yang asri.
“Mahasiswa baru UIN SATU Tulungagung begitu masuk sudah langsung menciptakan prestasi luar biasa. Ini layak mendapat apresiasi MURI dan menjadi kebanggaan tersendiri,” ungkap Sri Widayati.
Rektor UIN SATU, Prof. Abd. Aziz, menegaskan bahwa capaian rekor MURI ini bukan untuk sekadar meraih penghargaan. Lebih penting dari itu, rekor ini menjadi sarana membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
“Pembuatan tong sampah bambu ini adalah langkah awal. Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Kekayaan itu bisa kita olah menjadi benda menarik sekaligus bermanfaat,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Rektor juga memperkenalkan program besar ReliGreen. Salah satu bentuknya adalah rencana pendirian museum pohon langka di lingkungan kampus. Saat ini UIN SATU sudah memiliki sekitar 15 pohon langka yang akan ditanam.
“InsyaAllah, museum pohon langka ini akan bermanfaat tidak hanya untuk masyarakat kampus, tetapi juga bagi nusa dan bangsa,” jelasnya.
Prof. Aziz juga mengingatkan pentingnya menjaga tiga dimensi hubungan: Hablum Minallah (hubungan dengan Allah), Hablum Minannas (hubungan dengan sesama), dan Hablum Minal Alam (hubungan dengan alam). Menurutnya, keseimbangan tiga hubungan ini menjadi kunci keberlanjutan kehidupan.
Pemecahan rekor kali ini bukan yang pertama bagi UIN SATU Tulungagung. Pada 2022, kampus ini mencatat rekor buku tertebal kumpulan karya mahasiswa baru setebal 134 cm dengan 20.049 halaman. Setahun kemudian, pada 2023, UIN SATU kembali meraih rekor MURI melalui pembuatan kaligrafi Asmaul Husna terpanjang sepanjang 1.500 meter.