Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI, Prof. Muhammad Ali Ramdhani, menegaskan empat prinsip utama yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan, termasuk pendidikan moderasi beragama. Penegasan itu disampaikan dalam acara Penguatan Moderasi Beragama bagi dosen yang digelar di Aula Lantai 3 Gedung Rektorat UIN Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung, Jumat siang (21/11/2025).
Di hadapan para dosen dan guru undangan, Prof. Ramdhani menyampaikan bahwa pendidikan yang baik harus inklusif dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali. Pendidikan, menurutnya, tidak boleh meninggalkan kelompok mana pun, termasuk kelompok dengan keterbatasan fisik.
“No one to left behind, tidak boleh ada yang tertinggal,” ujarnya.
Prinsip kedua adalah relevansi. Pendidikan, kata dia, harus selaras dengan perkembangan zaman dan adaptif terhadap teknologi. Ia mencontohkan pentingnya pemanfaatan kecerdasan buatan dalam proses pendidikan.
“Menurut salah satu pencipta artificial intelligence, AI bukan akan menggantikan manusia, tetapi manusia yang mampu memanfaatkan AI-lah yang akan menggantikan mereka yang tidak menggunakannya,” tuturnya.
Prinsip ketiga adalah daya saing. Ia menekankan bahwa perguruan tinggi keagamaan, termasuk UIN SATU Tulungagung, harus menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dengan institusi pendidikan lain.
“Jangan hanya berada di sudut peradaban. Manfaatkan teknologi, tetapi teknologi yang terarah,” kata Prof. Ramdhani.
Sementara prinsip keempat adalah keberlanjutan dan pembentukan karakter. Dalam konteks pendidikan moderasi, ia menilai penting bagi lembaga pendidikan untuk menanamkan nilai keadilan, keterbukaan, toleransi, serta sikap menghindari pandangan ekstrem dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Dalam kesempatan itu, Prof. Ramdhani juga mengutip pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwa warisan terbaik bagi generasi mendatang adalah ilmu, bukan harta. Menurutnya, ilmu tidak akan habis dan justru meringankan manusia dalam menjalani kehidupan, sedangkan harta akan habis dan membutuhkan penjagaan.
Ia turut menyinggung situasi global, termasuk konflik berkepanjangan di Palestina yang telah menelan korban hingga lebih dari 80 ribu jiwa. Namun ia juga mengingatkan bahwa pemanasan global tidak kalah mengkhawatirkan. Mengacu pada riset, dampak krisis lingkungan bahkan memicu kematian lebih besar dibanding konflik di Timur Tengah. Kondisi ini, katanya, menjadi salah satu alasan Menteri Agama Prof. KH. Nasaruddin Umar gencar mengampanyekan ekoteologi di lingkungan Kemenag maupun masyarakat luas.
Sebelumnya, Rektor UIN SATU Tulungagung, Prof. H. Abd. Aziz, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kampus sedang berupaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik dari sisi jumlah maupun kualitas. Saat ini, lebih dari 500 pegawai di UIN SATU telah berstatus aparatur sipil negara. Ia juga memaparkan rencana pengembangan kampus berwawasan lingkungan melalui program ReliGreen.
“Harapannya, kampus ini menjadi tempat belajar yang nyaman, menarik, dan ramah lingkungan,” ujarnya.(*)
