Meningkatkan Penelitian Berperspektif Gender

Kontributor:

Tulungagung – Pagi itu (23/10) masih menunjukkan pukul 06.10 WIB. Laila sudah sibuk membuka Whatsapp dan memainkan tombol Handphone-nya. Ada informasi penting yang harus diberitahukannya pada grup Short Course Gender yang diisi 33 orang. “Aslmkm. Bpk/Ibu, jgn lupa hari ini ada kegiatan short course gender & 2 hari ini tdk check clock”, begitu isi pesan singkat yang dikirimkan Laila dalam grup. Satu menit berselang sudah ada jawaban menimpali pesan yang dikirimkan Laila. “Njih (iya, red), Terimakasih bu”, balas Citra Ayu, salah satu dosen yang akan menjadi peserta Short Course Gender.

Di Aula Athena Crown Victoria Hotel, pukul 07.00 WIB, beberapa crew hotel sibuk menata ruangan. Mereka diburu waktu sampai pukul 08.00 WIB hingga ruangan yang akan dijadikan lokasi Short Course Gender itu, benar-benar siap dipakai. Dua puluh menit sebelum jam 08.00 WIB, Habib, Crew LP2M IAIN Tulungagung yang akan menjadi panitia Short Course Gender,sengaja sudah tiba di Aula Athena. Kedatangannya kemudian disusul oleh semua Crew LP2M lAIN Tulungagung lainnya. Mereka harus mempersipakan hal-hal yang menjadi tanggungjawab panitia acara.

Pukul 08.00 WIB, sebagian besar peserta Short Course Gender sudah tiba di Aula Athena. Tidak berselang lama Abd Aziz, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, juga sudah tiba dan mengambil tempat duduk di depan para peserta. Kedatangan Abd Aziz kali ini mewakili sambutan Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin, yang tidak bisa datang karena sedang melaksanakan tugas kedinasan. Di samping kiri dan kanan Abd Aziz, duduk pula Lailatuzz Zuhriyah, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), dan Muntahibun Nafis, Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan. Sayangnya, pada kesempatan ini, pembukaan juga tidak bisa dihadiri Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Tulungagung, Ngainun Naim, yang sedang tugas kedinasan.

Dalam sambutannya Abd Aziz banyak menyinggung tema-tema lokal yang bisa digarap menjadi penelitian. Abd Aziz mencontohkan, “Kenapa ada orang melahirkan ada stagen, perempuan di-boboki  beras kencur.” Padahal, “perempuan yang di-boboki membuat laki-laki tidak tertarik. Ini fenomena yang terjadi di masyarakat”, lanjutnya dengan penekanan yang lebih.

Diakhir sambutan Abd Aziz berharap, “Kearifan-kearifan lokal dan isu-isu nasional mohon dipetakan dan dibuat pertemuan rutin dengan fakultas-fakultas untuk ditindaklanjuti. Saya kira ada filosofi-filosofi yang bisa dijadikan penelitian tahunan sesuai visi LP2M IAIN Tulungagung”, sehingga ke depannya, “PSGA bisa berbicara ditaraf nasional”, lanjutnya.

Selepas acara pembukaan, Short Course Gender pun dimulai. Narasumber pada kesempatan kali ini adalah Nur Rofiah, Dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pascasarjana di PTIQ Jakarta yang juga menjadi anggota pengurus ALIMAT, sebuah gerakan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan keluarga Indonesia perspektif Islam. Short Course Gender berlangsung selama dua hari, Selasa (23/10) sampai Rabu (24/10) dengan materi: Jenis Kelamin dan Gender, Relasi Gender dalam Bahasa Arab, Tafsir Perspektif Adil Gender, dan Metode Penelitian Perspektif Adil Gender.

Sesi pertama Nur Rofiah menyuruh peserta menuliskan pada selembar kertas meliputi: nama, bidang keilmuan, mengajar sebagai dosen apa, dan 5 potensi yang terkait dengan penelitiannya. Isian dari pertanyaan tersebut kemudian ditempelkan pada dinding kecuali kertas bertuliskan nama, ditaruh di meja depan tempat mereka duduk. Selanjutnya, peserta diajak bermain kuis dengan pertanyaan seputar gender. Peserta nampak rileks dengan metode penyampaian materi yang dilakukan narasumber, forum menjadi cair dan tidak kaku.

Hingga akhir sesi pada Rabu (24/10) forum berjalan lancar dan sukses. Para peserta sejumlah 33 orang terdiri dari para dosen yang diseleksi berdasarkan proposal penelitian dengan kajian gender digenapi tenaga kependidikan yang merupakan pelaksana teknis PSGA, mendapat tambahan perspektif baru tentang penelitian berbasis gender. Seperti yang diungkapkan Laila, “Harapannya, dari Short Course Gender ini menjadi bekal para dosen menghasilkan penelitian berbasis gender yang berkualitas. Sehingga menjadi sumbangan pengetahuan untuk mengangkat martabat perempuan menjadi setara dengan alki-laki.”.(lp2m for humas)

Skip to content