Rektor UIN SATU: Penguatan Ditjend Pesantren Momentum Besar bagi Masa Depan Pendidikan Islam

Kontributor:

20251119 halaqah pesantren

Tulungagung—Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung), Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I., menegaskan bahwa rencana pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren merupakan momentum penting untuk kemajuan pendidikan Islam Indonesia. Hal ini disampaikan dalam Halaqah Penguatan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren yang digelar di UIN SATU Tulungagung pada Rabu (19/11/2025).

Sebagai bagian dari rangkaian penguatan kelembagaan pesantren, halaqah ini mengangkat tema “Peran Strategis Pesantren dalam Pembentukan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Agama yang Moderat dan Inklusif.” Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PDPontren), Dr. H. Basnang Said, M.Ag., Kepala Kanwil Kemenag Jawa Timur, KH. Abdulloh Kafabihi Machrus, KH. Athoillah S. Anwar selaku Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, serta para pengasuh pesantren se-Tulungagung.

Dalam sambutannya, Rektor menjelaskan bahwa identitas dan sejarah panjang UIN SATU sangat erat dengan tradisi pesantren. Nama “Sayyid Ali Rahmatullah” sendiri diambil dari sosok ulama besar yang memiliki kontribusi fundamental dalam tradisi keilmuan pesantren. Ia juga menegaskan bahwa berdirinya UIN SATU tidak bisa dipisahkan dari peran para kiai, terutama KH. Machrus Aly dari Pondok Pesantren Lirboyo, yang turut menginisiasi perkembangan lembaga tersebut hingga kini.

“UIN SATU Tulungagung lahir dari rahim pesantren, tumbuh bersama nilai-nilai pesantren, dan akan terus kembali kepada pesantren sebagai sumber nilai dan tradisi keilmuan,” tegas Prof. Aziz.

Rektor juga memaparkan bahwa semangat pendidikan pesantren terus dihidupkan di lingkungan kampus. Saat ini, UIN SATU menjalankan pembelajaran model madrasah diniyah mulai dari ula, wustha, hingga ulya, termasuk TPQ bagi anak-anak. Baru-baru ini, UIN SATU juga meluncurkan TPQ Dewasa yang dilaksanakan di Masjid Baitul Hakim dan telah diikuti lebih dari 70 peserta dari kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu.

“Ini adalah bentuk komitmen kami untuk menjaga tradisi keilmuan pesantren sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat kampus,” ujarnya.

Prof. Aziz menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Agama yang telah mempercayakan UIN SATU sebagai salah satu dari tiga tuan rumah pelaksanaan halaqah di Jawa Timur, bersama UIN Sunan Ampel Surabaya dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ia berharap kehadiran Direktorat Jenderal Pesantren dapat memperkuat perhatian negara terhadap pesantren sekaligus meningkatkan kualitas tata kelolanya secara nasional.

“Dengan hadirnya Direktorat Jenderal Pesantren, saya yakin pesantren akan semakin maju, semakin diperhatikan oleh negara, dan menjadi konsen kita bersama. Karena pondok pesantren adalah fondasi penting pendidikan Islam dan telah berabad-abad membentuk karakter bangsa,” ujar Rektor.

Sementara itu, Direktur Pesantren Kemenag RI, Dr. H. Basnang Said, M.Ag., menegaskan bahwa pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren merupakan kebutuhan strategis untuk memastikan kesetaraan kelembagaan dan penguatan kontribusi pesantren terhadap pembangunan nasional. Langkah ini juga menjadi bagian penting dalam penguatan mutu, data nasional, digitalisasi layanan, serta pembinaan pesantren yang lebih profesional dan berkelanjutan.

“Ketika kita bicara masa depan pesantren, kita bicara masa depan bangsa. Direktorat Jenderal Pesantren akan memastikan program pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat tersusun lebih terarah dan berdampak luas,” kata Basnang.

Kementerian Agama memastikan bahwa proses finalisasi pendirian Direktorat Jenderal Pesantren akan dilakukan secara bertahap dengan melibatkan para kiai, pimpinan pesantren, akademisi, pemerintah daerah, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Sinergi lintas sektor juga akan menjadi kunci keberhasilan pembentukan kelembagaan baru ini agar selaras dengan kebutuhan riil di lapangan.

Rektor UIN SATU menutup sambutannya dengan penegasan bahwa pesantren harus terus beradaptasi tanpa kehilangan karakter dasarnya.

“Pesantren masa depan harus tetap berakar pada tradisi, tetapi mampu bergerak maju mengikuti perkembangan zaman. Itulah misi besar yang ingin kita wujudkan bersama,” pungkas Prof. Aziz.

Editor: Ulil Abshor
Photographer: Rizqy Zamiluddin
Skip to content