Alih Status IAIN dan UIN Merupakan Implementasi Renstra Kemenag RI

Kontributor:

Tulungagung – Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia, Noor Syam mengisi studium generale yang dihadiri 300 mahasiswa pascasarjana IAIN Tulungagung Kamis Siang (31/08/2017) di Aula Gedung Pascasarjana.

Dalam studium generale yang dirangkai dengan launching program doktor SII tersebut, Sekjen mengatakan bahwa saat ini tantangan di dunia pendidikan sangatlah luar biasa. Banyak berbagai permasalahan di masyarakat yang ternyata memang harus disikapi oleh dunia pendidikan.

Menurut Noor Syam, untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut Kementerian Agama memiliki renstra sampai dengan tahun 2019. Salah satunya adalah memperluas akses pendidikan. Itulah kenapa ada dorongan alih status PTKIN dan juga upaya memperbanyak program studi di PTKIN. Hal tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan.

“Kami gembira IAIN Tulungagung menjadi destinasi mereka yang membutuhkan pendidikan. Alih status dari STAIN menjadi IAIN, maupun IAIN menjadi UIN ternyata memiliki imbas yang luar biasa terhadap peningkatan jumlah mahasiswa”, kata Sekjen.

Menurut Sekjen, 16 ribu mahasiswa yang ada di IAIN Tulungagung adalah memberikan gambaran secara riil bahwa perubahan status sangat penting.

Adapun Renstra kedua dari Kementerian Agama dalam hal pendidikan adalah peningkatan mutu serta relevansi dan daya saing. Setelah akses dibuka seluas-luasnya maka yang harus diperhatikan adalah kualitas sumber daya manusianya. Mutu dosen harus ditingkatkan. Hal tersebut juga harus diikuti kualitas mahasiswa, kualitas tenaga kependidikan, dan yang terpenting adalah kualitas akademik juga harus meningkat.

Selain sumber daya manusia yang meningkat, relevansinya pun juga harus meningkat. Maksudnya, setelah selesai mengenyam pendidikan, para sarjana, magister maupun doktor harus bisa memberikan manfaat terhadap diri sendiri maupun kepada masyarakat lainnya. Untuk itu mahasiswa tak cukup dibekali dengan hard skill, tapi juga soft skill.

Mengutip pendapat dari Gil Bolmen, Sekjen mengatakan, bahwa hard skill hanya memberikan kontribusi 20 persen saja dalam kesuksesan seorang mahasiswa. Sedangkan 80 persen lainnya ditentukan oleh soft skill.

“Jadi tolong diperhatikan soft skill mahasiswa, supaya tidak cukup mendapatkan transkrip ijazah sesuai dengan kompetensi dan hard skill-nya, tapi juga soft skill. Harus ada gerakan untuk meningkatkan soft skill dan juga kemampuan daya saing” tegas mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.

Kembali pada soal tantangan dunia pendidikan di Indonesia, Sekjen mengatakan bahwa, meski sudah banyak perubahan yang dilakukan, tapi masih banyak problem yang harus dihadapi dalam dunia pendidikan. Kita belum pernah naik kelas, karena kita ada di rangking 69 di tahun ini.

“Kualitas pendidikan kita masih di kelas menengah, kita masih jauh dari negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Sebenarnya upaya kita sudah banyak, seperti kartu indonesia pintar, ada bantuan operasional sekolah, tapi itu belum cukup mengangkat kualitas pendidikan”, kata Sekjen.

Menghadapi realitas di atas, menurut Sekjen, solusinya adalah memperbanyak pendidikan yang betul-betul bisa membangun kompetensi soft skill, diantaranya kemampuan komunikasi, kemampuan berbahasa, kebiasaan pribadi, empati kognitif atau emosional, manajemen waktu, kerja tim dan sifat kepemimpinan dan sebagainya. Selain itu, kekhasan dari sebuah lembaga pendidikan dalam suatu bidang juga mutlak untuk diperhatikan.

Adapun studium general diakhiri dengan upacara launching program doktor SII yang ditandai dengan penyerahan SK secara simbolik dari Sekjen Kemenag, Noor Syam kepada Rektor IAIN Tulungagung Maftukhin. Dan dilanjutkan dengan kunjungan ke Gedung KH Arief Mustaqiem yang dibangung dari program SBSN 2016.(humas)

Skip to content