Sekjen Kemenag lakukan Pembinaan pegawai di IAIN Tulungagung

Kontributor:


Dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil dalam menyongsong reformasi birokrasi, IAIN Tulungagung pada hari Ahad, 27 April 2014 menyelenggarakan pembinaan pegawai dengan menghadirkan Bapak Sekjen Kemenag Bapak Prof. Dr. H. Nursyam, M.Si. di auditorium lantai 3 Rektorat IAIN Tulungagung. Acara diawali dengan sambutan rektor (Dr. Maftukhin, M.Ag) yang menyampaikan bahwa setelah 4 bulan setelah peresmian IAIN semua perangkat akademik sudah terpenuhi, dan tinggal beberapa yang belum terisi. Sampai dengan tahun 2014 ini IAIN Tulungagung memiliki 169 Dosen PNS dan 28 Dosen CPNS, tentu jumlah tersebut masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa  yang sekitar 5000. Rektor berharap dengan kehadiran Bapak sekjen ke IAIN Tulungagung dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat meningkatkan status IAIN menjadi UIN. Dalam sambutan penutupnya Rektor berharap seiring dengan akan diberlakukannya remunerasi, maka akan meningkatkan etos dan semangat kerja para pegawai di IAIN Tulungagung.
Sebelum acara pembinaan dilakukan penandatangan pakta integritas PNS IAIN Tulungagung yang diwakili dari masing-masing Fakultas. Dalam sambutan pembinaannya bapak Sekjen Kemenag RI (Prof. Dr. H. Nursyam, M.Si) menyampaikan 3 (tiga) hal pokok yaitu; Pertama, bahwa reformasi birokrasi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan dan tidak bisa dihindari, maka kita harus merubah mind set, karena dalam reformasi birokrasi semua pekerjaan akan senantiasa mendapatkan pengawasan dan pencapaian kinerja yang dijadikan sebagai tolok ukur seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehingga akan dapat memacu pekerjaan dan semangat pegawai. Dengan kedisiplinan yang tinggi maka kinerja juga akan tinggi, kinerja akan menjadi terukur, karena ada laporan yang harus dibuat dalam setiap hari. Reformasi birokrasi akan berhasil, jika jumlah jam kinerja setiap minggunya akan meningkat. Beliau juga memaparkan bahwa jumlah jam kerja orang Jepang sebanyak 48 jam perminggu, kerja orang Korsel 52 jam perminggu, sedangkan Indonesia 37,5 jam perminggu. 
Kedua; persoalan pendidikan mempunyai banyak tantangan diantaranya; 1. Masih banyak orang meragukan kualitas pendidikan di Indonesia sebagaimana yang dikeluarkan oleh EDI (Educational Development Index). 2. Tantangan kompetisi kita dengan negara lain jauh masih rendah dalam bidang sains, matematika dan membaca, Indonesia berada pada rangking ke-2 dari bawah diatas peru. Persoalan-persoalan tersebut tentu mengharuskan Guru/Dosen untuk senantiasa semakin meningkatkan kualitas kinerjanya. Karena guru yang bagus tentu akan menghasilkan siswa yang bagus pula, karena guru/dosen adalah kata kunci keberhasilan pendidilan. Oleh karena itu kita harus mengikuti etika profesi yang kita tekuni. Melalui profesi ini kita dapat menilai, apakah kinerja kita terukur, dan apakah sudah sesuai dengan pakta integritas yang sudah disepakati. 3. Adanya disparitas kualitas pendidikan di daerah perbatasan, maka pemerintan akan menyelenggarakan Madrasah perbatasan dan madrasah pedalaman/rimba yang diperuntukkan bagi anak-anak yang hidup di daerah hutan, sehingga citra pendidikan Indonesia akan semakin bagus. 
Ketiga, secara kelembagaan STAIN sudah melakukan konversi kelembagaan menjadi IAIN, oleh karena itu beliau menekankan jangan pernah merasa masih menjadi STAIN, “Saudara harus bangga menjadi IAIN dan senantiasa meningkatkan semangat dengan memegang prinsip (5K): Kinerja kita tingkatkan, Kelompok yang solid, Kerja keras, Kerja cerdas dan Kerja tuntas” papar beliau. (pus-infokom)
Skip to content