TGB Ingatkan Mahasiswa UIN SATU untuk Hati-hati Menjadi ‘Juru Bicara’ Islam

Kontributor:

Tulungagung – Dr. Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi, Lc., M.Ag. atau yang akrab disebut Tuan Guru Bajang saja atau TGB mengingatkan kepada mahasiswa Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung) untuk berhati-hati dalam menjadi 'juru bicara' Islam. Hal ini disampaikannya dalam Seminar Nasional Penguatan Nilai Moderasi Beragama bagi Mahasiswa yang diselenggarakan oleh UIN SATU Tulungagung di Aula Lantai 6 Gedung KH Arief Mustaqiem UIN SATU Tulungagung pada Senin pagi (05/09/2022).
Sebelumnya TGB menyampaikan bahwa dalam beragama, jangan sampai di ruang publik kita merasa benar sendiri dalam beragama, dalam hal ini dia menggaris bawahi bahwa ini bukan dalam konteks keyakinan. Menurutnya, jangankan kita merasa benar dalam ruang publik di mana yang lain ketika tidak sama dengan dirinya dianggap salah, tidak hanya mereka yang non muslim saja yang takut, tapi sesama muslim pun bisa terjadi ketegangan.

Al Habib Ali Al Jufri dalam kitabnya Al Insaniya Qobla Tadayun atau dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti kemanusiaan sebelum keberagamaan mengutip ada survey online yang dilakukan kepada anak-anak muda di Arab dengan responden kurang lebih enam ribuan. Yang ditanyakan pada survey itu adalah pandangan mereka terhadap keberagamaan dan agama. Bagaiman mereka melihat narasi-narasi keberagamaan di ruang publik itu seperti apa mereka memandang.
Hasilnya dari 6000 anak muda itu, 65 persen dari mereka yang disurvey mengatakan mereka bermasalah dengan narasi keagamaan yang ada, mereka merasa tidak nyaman. Mereka merasa ada yang hilang. Kog yang bicara atas nama agama kayak begitu. Ketika bicara tentang agama bicaranya tentang kekuasaan melulu. Ketika bicara agama bicara tentang politik melulu. Padahal agama sisi akhlaq, agama punya sisi budaya, agama punya sisi peradaban. Politik saja, seakan-akan jika politik gagal maka agama akan rusak. 
Anak-anak muda sekarang bingung dan berharap supaya agama itu menjadi oase, yang memberikan penyegaran dalam kehidupan di tengah tidak nyamannya mereka bergaul dengan teman-teman seumuran yang mana tidak bisa dipungkiri dalam kelompok pergaulan anak-anak sekarang ada kecenderungan material.
“Dia merasa terasing, di sini terasing, di situ terasing, terakhir dia pergi ke masjid, ingin mencari kedamaian, eh di masjid yang dia dengar khutbah kebencian. Di mana anak-anak muda mendapatkan kedamaian. Itu di Arab sana. 65 persen bermasalah dengan narasi keagamaan,” kata TGB.
Menurut TGB, di sini siapa saja yang membawa narasi keagamaan di ruang publik, disadari atau tidak kitalah dari kampus ini di antaranya yang membawanya di masyarakat. Termasuk para mahasiswa dari UIN SATU Tulungagung ini. Di sana orang akan memandang para mahasiswa yang merupakan alumni UIN akan dianggap mengerti agama dan akan dipandang dan menjadi rujukan.
“Maka hati-hati ketika menjadi 'juru bicara' Islam. Ketika kita salah membahasakan Islam di ruang publik maka orang akan menjauh. Menjauh dari tempat-tempat yang baik,” kata TGB.
Oleh karenanya TGB dalam seminar tersebut begitu menekankan bahwa moderasi beragama itu penting, karena menentukan masa depan agama.
“Moderasi beragama, cara kita beragama, cara kita menghadirkan agama di tengah masyarakat sebagai sarjana-sarjana UIN SATU Tulungagung itu akan menentukan nasib agama ke depan.” katanya.
Sementara itu, sebelumnya dalam acara pembukaan, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Prof. Dr. Abad Badruzzaman, M.Ag. dalam sambutannya mewakili Rektor yang sedang berhalangan mengatakan, bahwa UIN SATU Tulungagung sudah melakukan berbagai upaya untuk moderasi beragama terhadap mahasisswanya. Di antaranya adalah dengan menyelenggarakan program madrasah diniyah setiap pagi pada hari Senin sampai dengan Kamis sebelum perkuliahan. Dan barangkali di UIN SATU Tulungagung inilah satu-satunya PTKIN yang berhasil mengintegrasikan pengajian khas pesantren dengan kegiatan belajar mengajar di kampus.
“Kemampuan UIN SATU Tulungagung mengintegrasikan pengajian khas pesantren dengan belajar mengajar kampus tujuannya adalah respon positif dari kami tentang seruan dari Kementerian Agama untuk mainstreaming moderasi beragama atau pengarus utamaan moderasi beragama di kalangan mahasiswa.” kata Abad.
Acara Seminar Nasional Penguatan Moderasi Beragama bagi Mahasiswa ini selengkapnya dapat disaksikan di Channel Youtube SATU Televisi.(sin)
Skip to content