UIN SATU Tulungagung Bangun Komitmen Bersama Menjadi Kampus Inklusi Untuk Memberikan Kesejahteraan pada Lansia

Kontributor:

fgd ramah lansia scaled

Tulungagung—UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Beribadah Bersama Lansia pada Sabtu, 12 Oktober 2024. FGD ini merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh UIN Sayyid Ali Rahmatullah untuk mengumpulkan informasi mengenai aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ibadah terutama pada lansia.

Narasumber pada FGD ini terdiri dari 5 orang yaitu KH. Ishfah Abidal Aziz (Ketua PBNU/Dewan Pengawas Badan Pengelola Keuangan Haji), Mariana Hasbie (Juru Bicara Menteri Agama RI), Hasanudin Ali (CEO Alvara Reaserch Center), Dr. Mahmud Syaltout (Presiden Direktur ANP Insight), dan Wibowo Prasetyo (Dewan Penasehat Media Arina.id) dan diikuti oleh Kepala Kantor Kemenag di Jawa Timur serta beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama di wilayah Tulungagung.

Melalui FGD ini UIN Sayyid Ali Rahmatullah berupaya untuk mengembangkan penelitian yang fokus pada kesejahteraan lansia, salah satu yang termasuk di dalamnya adalah aspek spiritualitas seperti layanan ibadah dan keagamaan dan kesejahteraan sosial mereka.

“Kami berkomitmen mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam tindakan nyata. Selain itu, kami juga membangun sinergi dengan pemerintah, lembaga sosial, serta organisasi keagamaan. Sinergi ini memastikan bahwa layanan kepada lansia bisa diberikan secara berkelanjutan dan luas jangkauannya,” tutur Prof. Abd. Aziz selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah.

Dalam sambutannya, Prof. Abd. Aziz menyampaikan bahwa UIN Sayyid Ali Rahmatullah akan berusaha membentuk dan memiliki fasilitas yang berpihak pada lansia. Harapan beliau dari pertemuan ini adalah bisa mendapatkan data akademik yang lengkap sehingga dapat menjadi acuan untuk mengajukan Fakultas Kedokteran serta skema Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang berorientasi pada lansia.

Mahmud Syaltout menyampaikan bahwa ada beberapa poin yang harus dipahami mengapa lansia membutuhkan perhatian khusus. Poin tersebut diantaranya adalah fisik, psikologis, dan spiritual. Sehingga Kementerian Agama RI mulai fokus untuk mengusung tagline “Ibadah Ramah Lansia” seperti yang diungkapkan oleh KH. Ishfah Abidal Aziz. Beliau juga mengatakan bahwa tagline ini sudah terlaksana, salah satunya adalah pemberdayaan lansia pada penyelenggaraan ibadah haji dan umrah dengan cara menyusun konsep pelayanan lansia mulai hulu hingga ke hilir. Artinya adalah Kementerian Agama RI telah berupaya menerapkan pelayanan ramah lansia yang dimulai dari pendampingan pada saat penyiapan dokumen hingga pelaksanaan ibadahnya.

Kementerian Agama RI telah menyusun kebijakan inklusif yang di dalamnya mencakup beberapa aspek seperti pelayanan ramah anak, keberpihakan pada perempuan, pelayanan untuk disabilitas, dan termasuk di dalamnya juga pelayanan ramah lansia. Mariana Hasbie menyatakan bahwa tagline Haji Ramah Lansia merupakan salah satu program yang terlaksana dari kebijakan inklusif. Tagline ini berawal dari keterpaksaan karena membludaknya jamaah haji yang berusia lansia setelah 2 tahun tidak mengirimkan jamaah haji selama pandemi Covid-19.

Hasanudin Ali menanggapi skema UIN Sayyid Ali Rahmatullah dalam menyediakan layanan ramah lansia ini dianggap akan mendahului zaman karena saat ini Indonesia masih berada dalam tataran bonus demografi yang mana jumlah generasi muda lebih banyak daripada lansia. Beliau mengatakan Indonesia akan memasuki era aging country pada tahun 2030/2035 yang mana populasi penduduk menurun. Masalah utama ketika memasuki aging country adalah menurunnya sumber daya ekonomi yang mampu menopang penduduk. Karena jika bicara mengenai lansia maka tidak hanya membicarakan tentang pribadinya sebagai orang yang perlu dilayani tetapi juga membicarakan tentang ekosistem yang meliputi manusianya, generasi di bawahnya, dari sisi ekonominya, dan dari beberapa aspek yang lain.

Dalam pengimplementasian pelayanan ramah lansia maupun ramah disabilitas tentu saja tidak lepas dari adanya keberpihakan media dalam menyuarakan kesetaraan yang ada pada masyarakat. Bapak Wibowo Prasetyo menyampaikan bahwa interaksi lansia dengan media saat ini masih sangat terbatas karena para lansia kurang mengenal media yang berkembang saat ini. Sehingga peran generasi-generasi di bawahnya saat ini adalah menjadi menjembatani distribusi informasi yang dibutuhkan oleh para lansia.

Pada sesi diskusi, beberapa peserta FGD memberikan tanggapan terkait beberapa hal yang sudah disampaikan oleh para narasumber. Menurut peserta skema pelayanan haji ramah lansia merupakan hal yang luar biasa bahkan layanan yang berpihak pada perempuan saat ini dirasa memang sangat diperlukan. Bahkan keterlibatan masyarakat dan media juga menjadi salah satu faktor tercapainya kemaslahatan program layanan ramah lansia. Sejatinya lansia memiliki beberapa kriteria, yaitu sehat dan aman, rentan dan tidak mapan, serta terlantar dan miskin. Meskipun demikian, menangani dan merawat lansia bukanlah masalah, tetapi kewajiban bagi generasi muda yang masih mampu.

Kegiatan FGD ini diakhiri dengan penandatanganan Komitmen Bersama Kampus Inklusi oleh Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, para narasumber, beserta seluruh peserta FGD. Dengan penandatanganan komitmen ini diharapkan mampu mengimplementasikan dengan baik skema yang telah dirancang. Harapan peserta FGD kedepannya untuk skema ini segera mendapatkan tindak lanjut dan ada sosialisasi dari aksi yang telah dilakukan guna merangkul dan memberikan kemaslahatan kepada para lansia.

Editor: Ulil Abshor
Photographer: Aynur Rohmad Pratama
Skip to content