Ribuan Mahasantri Ikuti Haflah Akhiris Sanah Al-Kubro VII Program Madin

Kontributor:

Tulungagung—Ribuan santri Program Madrasah Diniyah (Madin) Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung) mengikuti acara Haflah Akhiris Sanah Al-Kubro VII Program Madin pada Kamis malam (06/06/2024) di Halaman Gedung KH Arief Mustaqiem UIN SATU Tulungagung. Kegiatan ini merupakan penanda akhir tahun akademik program madin UIN SATU Tulungagung.

Ma’had Al-Jami’ah UIN SATU Tulungagung selaku pelaksana program madin UIN SATU Tulungagung dalam Haflah Akhirissanah Al-Kubro Ke-VII ini mengambil tema “Harmoni Prestasi Akademik dan Etika dalam Membentuk Mahasiswa Berintegritas”.

Mudhir Ma’had Al-Jami’ah UIN SATU Tulungagung, Zuhri dalam sambutannya mengatakan bahwa Haflah Akhirissanah Al-Kubro ke VII pada malam hari ini diikuti oleh kurang lebih 4.598 mahasantri. Mereka berasal dari 127 kelas madrasah diniyah.

“Alhamdulillah, kegiatan ini akhirnya bisa terlaksana pada mala mini,” katanya mengungkapkan rasa syukur.

Masih menurut Zuhri, mahasantri Madrasah Diniyah UIN SATU Tulungagung telah berhasil menerbitkan satu buku hasil musyawarah dari salah satu kelas Madrasah Diniyah yaitu dari mahasantri kelas Musyawirin dengan judul buku “Nalar Fiksos atau Argumentasi Fikih Sosial”.

Rektor UIN SATU Tulungagung, Abd. Aziz dalam sambutannya mengatakan, bahwa malam ini malam yang sangat membahagiakan baginya dan semua yang hadir, karena telah hadir di tengah-tengah mereka pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri, KH Reza Ahmad Zahid.

Selain itu, Rektor juga menceritakan tentang sejarah UIN SATU Tulungagung. Dikatakannya, kampus ini sudah direncanakan untuk berdirinya hampir berbarengan dengan Tri Bhakti sekitar tahun 1966, bertemu dengan dua tokoh besar yaitu Kyai Mahrus Ali dan Kyai Mashuri Shirot dari Bojonegoro tepatnya di Padangan.

“Beliau lah yang membuat peristiwa penting pada waktu itu, sehingga muncullah ide, bagaimana jika di Tulungagung ini berdiri sebuah perguruan tinggi. Karna pada waktu itu masih jarang ada Sarjana, maka bertemu lah dengan putra dari kyai Mustaqiem, yang bernama kyai Arief Mustaqiem. Yang menjadi salah satu pendiri UIN SATU Tulungagung.” tutur Rektor.

Sementara itu, KH Reza Ahmad Zahid atau yang akrab dipanggil Gus Reza dalam tausiyahnya kepada para mahasantri menyampaikan bahwa di UIN SATU Tulungagung ini sudah ada Ma’had nya, yang melibatkan para mahasiswa dan Asatidz. Oleh karena itu, perlu ada tirakat jika mau mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

“Nabi Adam melakukan puasa untuk tirakat, yaitu puasa ayyamul bidh, baru setelah itu beliau mendapatkan kitab, tirakat orang-orang dulu itu banyak sekali, ijazah dari saya puasa 3 hari pada setiap bulan tgl 13  14 15, semuanya untuk mendapatkan hasil yg terbaik adalah dengan tirakat, mengerti dengan sejarah pendahulu salah satu mendapatkan barokah.” tutur Gus Reza.

Gus Reza juga berpesan bahwa kalau ada seorang berguru pada grunya terus mlengos maka rusaklah hubungan syu’bah atau kebersamaannya. Harus menjaga hubungan silaturahmi terutama kepada guru.

“Jika cari ilmu tidak ada tirakat itu sangat sia-sia. Saya memberi Ijazah shollallah ala Muhammad 1000 kali,” ujar Gus Reza mengingatkan para mahasantri.(Ifadhah Esthi Farianisa)

Editor: Muhlasin
Photographer: Istimewa
Skip to content