Penulis: Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I, Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Pada 16 Januari 2025, dalam program “Dialog Interaktif NU: Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat” yang diadakan oleh PCNU Kabupaten Tulungagung dan disiarkan melalui SATU TV, gagasan brilian tentang peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam membangun Indonesia yang maslahat mendapatkan perhatian khusus. Kegiatan ini menjadi ajang refleksi mendalam tentang bagaimana NU dapat terus menjadi mercusuar harapan di tengah gelombang transformasi zaman.
Tradisi dalam NU bukanlah sekadar warisan masa lalu, melainkan denyut nadi peradaban yang terus hidup dan bergerak maju. Tradisi ini, yang telah melintasi generasi demi generasi, perlu dimaknai sebagai kebiasaan dinamis yang mampu menjawab kebutuhan zaman tanpa kehilangan akar spiritualnya. NU dihadapkan pada tantangan besar: mengemas kekayaan tradisinya dalam bentuk yang relevan, memikat, dan mampu berbicara kepada hati generasi muda seperti Gen Z. Paradigma tradisionalis yang selama ini dipegang erat harus diubah menjadi lebih progresif, selaras dengan tuntutan era modern tanpa kehilangan substansinya.
Prinsip Islam moderat yang menjadi inti dari visi NU telah memberikan kontribusi tak ternilai bagi berbagai aspek kehidupan bangsa. Rahmatan lil ‘alamin bukan sekadar slogan, melainkan lensa kebijaksanaan yang memandu NU untuk menciptakan harmoni, merangkul keberagaman, dan menawarkan solusi atas konflik. NU tidak hanya menjadi penjaga persatuan di tingkat nasional, tetapi juga pelaku aktif di panggung global. Kepeduliannya terhadap isu-isu kemanusiaan lintas batas menunjukkan kedalaman komitmennya terhadap nilai-nilai universal Islam.
Namun, NU tidak luput dari tantangan zaman. Generasi muda, terutama Gen Z, sering merasa kurang terhubung dengan nilai-nilai tradisional karena pendekatan yang dirasa kurang relevan dengan gaya hidup mereka. Tantangan ini menjadi pengingat bahwa modernitas dan tradisi bukanlah dua kutub yang berlawanan. Sebaliknya, keduanya dapat bersinergi untuk menciptakan peradaban yang lebih unggul. Dengan menyatukan inovasi dan kearifan tradisional, NU dapat menjembatani kesenjangan antara generasi dan membangun jembatan menuju masa depan yang lebih cerah.
Salah satu langkah strategis adalah meningkatkan kapasitas dan kompetensi kader NU. Upaya ini, termasuk melalui sertifikasi profesi bagi guru-guru Madrasah Diniyah, akan menjadi pondasi bagi peradaban yang lebih maju. Dengan dukungan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) UIN SATU Tulungagung, kualitas pendidikan keagamaan dapat ditingkatkan, menghadirkan sosok-sosok pendidik yang tidak hanya kompeten, tetapi juga relevan dengan kebutuhan generasi muda. Inisiatif ini membuka ruang bagi inovasi dalam kurikulum yang lebih menarik dan kontekstual, menjadikan pendidikan keagamaan sebagai pilar utama dalam pembentukan karakter bangsa.
Kolaborasi antara NU dan institusi pendidikan tinggi, seperti Lakpesdam NU bersama kampus, menjadi elemen penting untuk menyebarluaskan hasil riset yang relevan. Riset ini bukan hanya sebagai wacana akademik, tetapi juga landasan strategis untuk langkah-langkah nyata dalam memperkuat peran NU di berbagai bidang. Sinergi ini mencerminkan harmoni antara tradisi keilmuan dan praktik keagamaan, menjadikan keduanya sebagai kekuatan yang saling melengkapi dalam membangun masyarakat yang lebih maju.
Di era digital, platform media sosial menjadi alat yang tak terpisahkan untuk menyampaikan pesan dan nilai-nilai NU. Dengan memanfaatkan algoritma secara strategis dan menyajikan konten visual yang menarik, NU dapat menciptakan ruang interaksi yang lebih luas dan inklusif. Generasi muda, yang cenderung lebih menyukai konten visual dan interaktif, dapat diajak untuk lebih terhubung dengan NU melalui video pendek, infografis, dan podcast yang inspiratif. Pendekatan ini memungkinkan NU untuk menjembatani generasi dengan cara yang kreatif dan relevan.
Dalam konteks ini, peran Kyai dan tokoh-tokoh NU menjadi semakin krusial. Kehadiran mereka harus lebih dekat dengan generasi muda melalui medium yang mereka kenal dan sukai. Sosok-sosok inspiratif ini tidak hanya perlu hadir di mimbar pengajian, tetapi juga di ruang-ruang digital, berbagi hikmah melalui cerita-cerita yang menyentuh dan memotivasi. Dengan demikian, pesan-pesan keagamaan dapat sampai ke hati generasi muda dengan cara yang lebih bermakna. Pada akhirnya, semakin NU berperadaban, semakin kokoh pula Indonesia sebagai bangsa.
NU adalah penjaga tradisi sekaligus penggerak perubahan, yang dalam setiap langkahnya selalu berlandaskan pada nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin. Dialog ini mengingatkan kita bahwa inovasi, kolaborasi, dan adaptasi adalah kunci bagi NU untuk terus menjadi pelita harapan bagi umat dan bangsa. Dengan semangat yang tak pernah padam, NU akan terus menjadi katalisator perubahan yang membawa manfaat bagi seluruh umat manusia.