Penulis: Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I., Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Ramadhan merupakan bulan yang istimewa dan penuh keberkahan. Bulan yang didalamnya terdapat berbagai momen khusus berupa kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala sekaligus kesempatan merefleksikan perjalanan hidup kita. Sebagai umat Rasulullah SAW, kita beruntung dapat dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh kemuliaan ini. Secara pribadi saya menyadari bahwa Ramadhan bukan sekadar kewajiban untuk berpuasa, tetapi merupakan momen yang berharga untuk membentuk karakter dan nilai-nilai yang kelak akan membimbing kita menjadi pemimpin umat yang arif dan bijaksana.
Ibadah puasa, sebagaimana ditegaskan dalam QS: Al-Baqarah 183, diwajibkan untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dengan tujuan akhir dan outcome untuk memperkokoh ketakwaan kita kepada Sang Pencipta. Namun, lebih dari itu, ibadah puasa mengajarkan kita nilai-nilai luhur yang menjadi landasan kepemimpinan sejati. Disiplin, kejujuran, kesabaran, dan ketulusan adalah beberapa nilai yang dapat kita petik dari puasa, yang sejatinya merupakan dasar dari kepemimpinan yang bertanggung jawab. Pemimpin sejati tidak hanya memimpin dengan kebijakan saja, namun juga dengan keteladanan dalam sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.
Ramadhan dengan puasa yang kita jalani memiliki kedekatan yang sangat erat dengan konsep kepemimpinan. Puasa dimulai dengan niat yang tulus dan berakhir dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah Ta’ala. Begitu pula seorang pemimpin, ia harus memiliki komitmen terhadap integritas dan selalu mengutamakan kepentingan masyarakat atau organisasi di atas kepentingan pribadi. Seperti halnya puasa yang dilaksanakan semata-mata untuk Allah, pemimpin yang baik harus memegang teguh prinsip ini dalam setiap langkahnya.
Ibadah puasa juga mengajarkan kepada kita tentang kedisiplinan yang sangat kuat. Dimulai dari niat sahur yang penuh ketulusan hingga berbuka di waktu yang tepat, semuanya dilakukan dalam keharmonisan waktu yang ditentukan. Begitu pula dalam kepemimpinan, kedisiplinan yang sejati adalah kemampuan untuk mengatur waktu, mengelola sumber daya, dan membuat keputusan yang tepat dengan penuh konsistensi. Seorang pemimpin yang bertanggung jawab memahami kapan harus memberikan penghargaan yang tulus kepada mereka yang telah bekerja keras, layaknya kita yang berbuka puasa dengan penuh kesyukuran tepat waktu.
Selain itu, seorang pemimpin yang bijaksana harus mampu mengelola kekuatan dan kelemahan dalam organisasi dengan penuh kehati-hatian. Seperti kita yang berbuka puasa dengan penuh kesabaran dan kelembutan, seorang pemimpin harus bijak dalam mengambil langkah, memastikan setiap tindakan tidak terburu-buru dan selalu berada dalam kendali terukur. Kepemimpinan yang baik juga memerlukan keseimbangan antara kompetensi teknis dan rohani. Seorang pemimpin yang unggul bukan hanya pintar dalam pekerjaan, tetapi juga menjaga keseimbangan jiwanya dengan ibadah yang menguatkan.
Kejujuran adalah pondasi utama dari kepemimpinan yang terbaik. Dalam ibadah puasa ramadhan, meskipun kita tidak dilihat orang lain, kita tetap melaksanakan kewajiban ini dengan penuh keikhlasan. Ini adalah bentuk integritas yang menjadi teladan. Seorang pemimpin yang jujur tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari orang-orang yang dipimpinnya, tetapi juga menginspirasi mereka untuk berjalan di jalan yang benar. Ibadah puasa juga mengajarkan kita tentang keadilan. Bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, Allah memberikan keringanan untuk membayar fidyah. Hal ini mencerminkan betapa Allah Maha Adil, memberikan kewajiban sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Demikian pula dalam kepemimpinan, seorang pemimpin harus mampu menginternalisasi nilai-nilai keadilan dalam setiap aspek kebijakan, manajerial, dan sosial. Keadilan seorang pemimpin terlihat bukan hanya dalam keputusan, tetapi juga dalam cara memperlakukan setiap individu dengan adil dan bijaksana.
Saat bulan Ramadhan telah berakhir, mari kita meneruskan ghirah dan komitmen yang telah kita bangun sepanjang bulan ini. Bagi para pemimpin, momen ini adalah saat yang tepat untuk merenung dan memperbaiki diri melalui muhasabah danrefleksi diri. Para pemimpin hendaknya juga memastikan bahwa mereka tidak hanya mampu menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mampu menahan hawa nafsu dan ego. Hal ini dikarenakan Ibadah puasa bukan sekadar ibadah yang menguji fisik saja, namun juga merupakan sarana untuk membentuk karakter diri yang lebih baik dan mulia. Semoga melalui perjalanan ibadah puasa dengan penuh ketulusan, kita semua dapat menjadi pemimpin yang lebih bijaksana, lebih adil, dan lebih peduli terhadap sesama. Nilai atau value dari ibadah puasa di bulan Ramadhan diharapkan tetap melekat pada diri individu sehingga meningkatkan iman, ilmu yang semakin berkah, keluarga yang makin baik dan terjaga, serta meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT.
Terakhir, Saya ingin mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa, semoga setiap langkah kita dalam bulan yang mulia ini membawa berkah dan amal yang terbaik serta dapat mendekatkan diri pada Allah SWT.