Transformasi Pendidikan Tinggi Melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dan Lembaga Sertifikasi Profesi

Kontributor:

20250226 Wisuda ke 42 Rektor Minta Lulusan UIN SATU Tulungagung Supaya Ber DAMPAK1 scaled

Penulis: Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I., Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Pesatnya perkembangan informasi dan teknologi menimbulkan berbagai dinamika dan perubahan realitas sosial. Dunia pendidikan merupakan salah satu yang terdampak secara sistemik dan memerlukan berbagai penyesuaian secara  cepat dan signifikan. Bahkan, cepatnya laju teknologi dalam dunia industri juga menjadi tantangan tersendiri bagi alumni perguruan tinggi untuk agile dalam menyongsong dunia kerja dan karir terbaik. Secara lebih nyata, mahasiswa dan seluruh civitas akademika UIN SATU Tulungagung dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini. Perubahan adalah keniscayaan dan strategi terbaik dibutuhkan untuk keluar sebagai pemenang.

Lulusan yang Siap Hadapi Dunia Kerja

Statistik ketenagakerjaan beberapa tahun terakhir menunjukkan fakta yang patut untuk direnungkan. Di satu sisi, angka partisipasi pendidikan tinggi meningkat. Namun di sisi lain, angka pengangguran dari kalangan lulusan sarjana juga terus meningkat. Ini bukan soal kualitas semata, tapi soal kecocokan antara apa yang diajarkan di kampus dan apa yang dibutuhkan dunia nyata. Kita tidak ingin UIN SATU melahirkan lulusan yang “tersesat” di persimpangan zaman, membawa ijazah namun kebingungan arah.

Maka dari itu, penyusunan skema baru Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) di UIN SATU bukan sekadar kebijakan administratif. Ia adalah langkah strategis, sekaligus ikhtiar moral untuk menyiapkan mahasiswa menghadapi medan hidup yang kompleks. Sertifikat kompetensi profesi bukan hanya selembar kertas pelengkap. Ia adalah pengakuan formal bahwa seseorang telah memiliki keterampilan tertentu, sesuai standar industri dan kebutuhan masyarakat. Di tengah dunia kerja yang semakin selektif, sertifikat inilah yang sering kali menjadi pembeda antara kandidat yang diterima dan yang ditinggalkan.

Tugas Bersama: Dari Prodi hingga Universitas

Transformasi ini tentu tidak bisa berjalan sendiri. Perlu ada gerakan bersama di lingkungan akademik mulai dari koordinator program studi, ketua jurusan, para dekan dan wakil dekan untuk ikut memikirkan dan menyiapkan skema-skema yang sesuai dengan karakter keilmuan masing-masing prodi. Satu program studi tidak harus terpaku pada satu skema. Justru sebaliknya, keragaman skema membuka jalan bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi potensi dirinya lebih luas. Misalnya, Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI).

Di masa lalu, lulusan MPI mungkin hanya dibayangkan sebagai administrator sekolah atau pengelola lembaga pendidikan. Namun kini, kita ingin membentuk mereka sebagai manajer pendidikan yang visioner, adaptif, dan siap memimpin institusi dalam era digital. Maka skema sertifikasi yang disusun pun harus menjawab tantangan ini bukan sekadar administratif, tetapi transformatif.

Demikian pula dengan Program Studi Mazawa (Manajemen Zakat dan Wakaf). Dalam konteks Indonesia sebagai negara dengan potensi zakat dan wakaf yang sangat besar, lulusan Mazawa mempunyai profil lulusan untuk bisa menjadi konsultan zakat profesional. Dengan skema sertifikasi yang tepat, mereka bisa membangun layanan konsultasi, membuka lembaga pengelolaan zakat dan wakaf yang kredibel, bahkan menjadi pelopor gerakan ekonomi syariah di komunitasnya. Kreativitas dalam menyusun skema bukanlah kemewahan, melainkan keharusan. Dunia tidak akan menunggu kita siap. Maka kampuslah yang harus lebih dulu menyesuaikan langkah.

Kampus sebagai Laboratorium Peradaban: Menghadirkan Pendidikan Islam yang Relevan

Di balik langkah-langkah reformasi ini, ada tujuan besar yang ingin dicapai oleh UIN SATU yakni menjadikan kampus sebagai laboratorium peradaban yang dapat mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berdaya guna dalam masyarakat. Pendidikan Islam yang kami jalankan harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, menyelaraskan antara pengetahuan agama yang mendalam dengan keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja. Dalam perspektif ini, UIN SATU ingin lebih dari sekadar menghasilkan lulusan yang memahami teori. Kami ingin menghasilkan pemikir dan pelaku yang siap terjun langsung ke masyarakat, membawa perubahan positif.

Salah satu upaya besar kami adalah melalui penguatan sertifikasi profesi. Sebagaimana kita ketahui, dunia kerja kini tidak lagi hanya menilai lulusan berdasarkan ijazah. Di luar sana, kemampuan nyata, keterampilan spesifik, dan rekam jejak profesional jauh lebih dihargai. Dengan sertifikasi profesi yang diakui secara nasional, kami berharap lulusan UIN SATU tidak hanya membawa gelar akademik, tetapi juga kompetensi yang langsung diakui oleh dunia industri dan masyarakat.

Hal ini akan memberikan mereka keunggulan kompetitif yang sangat dibutuhkan, terutama di pasar kerja yang semakin ketat. Sertifikasi profesi ini, yang dikembangkan melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), adalah bukti nyata bahwa pendidikan tinggi di UIN SATU bukan hanya sekadar mempersiapkan mahasiswa untuk ujian akhir, tetapi juga untuk kehidupan yang lebih luas.

LSP akan memberikan mereka sertifikat keahlian yang diakui secara luas, sebuah portofolio yang akan membuka berbagai peluang, baik di dunia kerja maupun dalam berwirausaha. Ini adalah bentuk perhatian kita terhadap tantangan dunia kerja yang semakin berkembang, dan upaya kami untuk memastikan bahwa setiap lulusan UIN SATU memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing di pasar global.

Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL): Menghargai Pengalaman Sebagai Modal Utama

Namun, kompetensi bukan hanya soal yang didapatkan dalam ruang kelas. Banyak orang yang telah memiliki pengalaman dan keahlian, tetapi tidak memiliki gelar formal. Bagi mereka, Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) hadir sebagai solusi untuk mengakui pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh sepanjang perjalanan hidup mereka. RPL memungkinkan pengalaman belajar nonformal dan informal, seperti bekerja, berorganisasi, atau bahkan kegiatan sosial lainnya, untuk diakui dan dihargai sebagai bagian dari pencapaian akademik.

Di UIN SATU, kami membuka peluang bagi mereka yang telah memiliki pengalaman berharga di luar bangku kuliah untuk mendapatkan pengakuan secara formal. Tentunya, implementasi RPL ini harus dilaksanakan oleh program studi dengan akreditasi yang baik, sebagai jaminan kualitas. Dengan cara ini, kami berharap bisa memberikan kesempatan yang lebih besar bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan tinggi, tanpa terkendala oleh latar belakang atau keterbatasan formal yang ada. RPL adalah jembatan antara dunia pendidikan dengan dunia nyata menghargai setiap proses pembelajaran yang pernah dilakukan oleh seseorang, tanpa harus terbatas pada jenjang formal.

Ini adalah langkah penting untuk membuka peluang yang lebih luas bagi siapa saja yang ingin melanjutkan atau memperkaya pendidikan mereka. Dan ini juga membuktikan bahwa pendidikan tinggi di UIN SATU adalah milik semua orang, tanpa memandang usia atau latar belakang.

Ijazah Saja Tidak Cukup: Menyiapkan Lulusan yang Kompeten dan Berkarakter

Di sisi lainnya, meskipun ijazah akademik masih tetap menjadi salah satu indikator penting dalam dunia kerja, kita tidak boleh lupa bahwa dunia profesional saat ini membutuhkan lebih dari sekadar gelar. Ijazah tidak lagi menjadi jaminan kesuksesan dalam dunia kerja yang serba cepat ini.

Dunia kerja menuntut lebih dari itu: keterampilan yang aplikatif, kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, dan yang tidak kalah penting, karakter yang kuat. Disinilah peran pendidikan karakter menjadi sangat penting. Kami di UIN SATU percaya bahwa selain kemampuan intelektual, lulusan juga harus memiliki karakter yang kokoh, integritas yang tinggi, dan kepedulian sosial yang mendalam. Ini adalah kualitas yang tidak dapat digantikan oleh sertifikat profesi atau ijazah.

Pendidikan karakter ini harus melekat dalam setiap aspek pembelajaran, dari mulai pengajaran di ruang kelas hingga kegiatan di luar kampus. Kami ingin lulusan kami tidak hanya sukses di dunia kerja, tetapi juga sukses dalam kehidupan sosial, dapat memberikan dampak positif di sekitar mereka, dan menjadi agen perubahan yang mencerahkan masyarakat.

Oleh karena itu, di UIN SATU, kami berkomitmen untuk mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, namun juga memiliki keahlian praktis dan kemampuan beradaptasi dengan cepat di dunia yang terus berubah. Kami ingin mereka keluar dari kampus ini dengan bekal lengkap: ijazah, sertifikat profesi, pengalaman melalui RPL, dan yang terpenting, karakter yang kokoh untuk menghadapi segala tantangan hidup. Dengan semua itu, kami yakin mereka akan lebih siap untuk menghadapi dunia yang penuh peluang dan tantangan ini.

Setiap mahasiswa yang datang ke kampus membawa secercah harapan dari keluarga dan lingkungannya. Harapan itu begitu tulus yakni agar sang anak bisa menjadi manusia yang lebih baik, lebih berdaya, dan lebih berguna. Maka tanggung jawab kampus bukan hanya memberi mata kuliah, tetapi membimbing mereka dan meraih berbagai harapan itu.

Melalui LSP, RPL, dan reformulasi kurikulum berbasis kebutuhan zaman, UIN SATU Tulungagung ingin membuktikan bahwa pendidikan tinggi Islam mampu menjawab tantangan kontemporer tanpa kehilangan akar tradisinya. Kita ingin mencetak lulusan yang cerdas secara intelektual, tangguh secara emosional, dan peduli secara sosial. Dan semoga, ketika mereka nanti berdiri di tengah masyarakat, mereka tidak hanya dikenal sebagai alumni UIN SATU, tetapi sebagai pribadi yang berdampak bagi umat serta mampu menerangi peradaban.

Editor: Ulil Abshor
Skip to content